Pengguna BBM Kalang Kabut, Konsumen BBG Adem Ayem
Imam merasa beruntung karena mendapat fasilitas mobil dinas berbahan bakar gas (BBG).
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Imam, pegawai sebuah badan usaha milik negara (BUMN), bersyukur karena tak perlu antre membeli bensin di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU).
Imam merasa beruntung karena mendapat fasilitas mobil dinas berbahan bakar gas (BBG). Dalam beberapa hari terakhir, muncul kabar harga pemerintah akan mencabut subsidi BBM sehingga harga premium lebih tinggi dari harga sekarang yakni Rp6.500 per liter.
Situasi ini membuat sebagian pengguna kendaraan berusaha membeli BBM sebanyak-banyaknya. Alhasil, di beberapa SPBU terjadi antrean dan stok BBM lebih cepat habis dibandingan hari-hari sebelumnya.
Hal itu tidak terjadi di stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG). Imam yang ditemui di SPBG Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (27/8) menyatakan, di kalangan konsumen BBG, tidak ada kepanikan seperti pada konsumen BBM.
Imam mengaku rutin mengarahkan mobilnya ke SPBG. Apalagi, ada iming-iming hadiah bagi konsumen BBG. "Makin sering ngisi, makin besar peluang dapat hadiah," ucapnya.
Imam mengaku tak mengalami kendala pada pemakaian BBG. Anggapan bahwa perangkat berbahan bakar gas rawan meledak seperti yang terjadi pada awal pelaksanaan konversi minta tanah ke elpiji, menurut Imam, merupakan anggapan yang keliru.
Ia percaya tabung dan konverter gas yang dipasang di mobilnya senantiasa aman. "Konverternya seharga 15 juta sudah lengkap dengan sistem pengamannya," ujarnya.