Sejak Ada Parkir Meter Suhanda Bingung Bayar Sekolah Anak
Suhanda dengan rompi birunya tengah sibuk mengatur dan memandu pengguna jasa parkir (PJP) di Jalan Sabang
Editor: Hendra Gunawan

Laporan Wartawan Warta Kota, Panji Baskhara Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Anda Suhanda (54), juru parkir di Jalan Agus Salim atau dikenal dengan Jalan Sabang, Menteng, Jakarta Pusat, mengaku kebingungan lantaran tak punya biaya untuk bayar sekolah anaknya.
Pasalnya, warga Ciomas, Bogor ini pendapatannya berkurang semenjak diterapkannya uji coba parkir meter beberapa waktu lalu.
Suhanda dengan rompi birunya tengah sibuk mengatur dan memandu pengguna jasa parkir (PJP) di Jalan Sabang. Nafasnya yang terengah engah saat mengatur mobil atau motor ke lahan parkir, tak membuat dirinya patah semangat bekerja.
Pluit yang menempel di bibirnya dan handy talky yang ia genggam, merupakan alat andalannya saat ia bekerja. Teriakan lantangnya saat itu dalam mengatur keluar masuknya kendaraan di lahan parkir, terdengar mulai habis.
Saat tak ada lagi kendaraan ingin keluar masuk dari dan ke lahan parkir, saat itulah ia baru bisa mengatur kembali nafasnya yang tak beraturan. Keringatnya pun mengucur ke pipinya dan dilapkannya menggunakan rompi yang saat itu ia kenakan.
Kerja kerasnya tersebut diketahui demi kebutuhan hidup keluarganya. Ia pun akhirnya menceritakan keluh kesahnya terkait sistem penerapan uji coba parkir meter.
Sebelum ada mesin bermerk 'cale' itu dipasang di Kawasan ramai jajanan kuliner tersebut, ia mengaku penghasilan yang ia dapat berbeda jauh dibanding sekarang. Bahkan, ia mengaku tak bermasalah dalam membiayai biaya dapur istrinya, bahkan biaya jajan dan iuran sekolah anaknya.
"Saat belum ada parkir meter, saya jujur sehari bisa dapat Rp 300-400 ribu perhari. Sedangkan uang setoran ke perusahaan hanya Rp 40 ribu saja. Tapi, sejak ada parkir meter, saya jadi mati kutu dan bingung," kata Suhanda saat dirinya bertugas mengawas mesin parkir meter, Kamis (2/10/2014).
Ia yang sudah memiliki dua cucu dan lima anak ini mengatakan, semenjak penerapan parkir meter di Jalan Sabang, dirinya kini hanya menerima upah harian. Upah harian yang ia dapat perharinya sebesar Rp 75 ribu.
"Jauh beda kan? Coba bagaimana bayar sekolah anak saya. Anak saya nomor 1 dan 2 udah pada berkeluarga. Sedangkan anak nomor 3 masih nganggur, yang kecil ini masih kelas 2 SMP," katanya.
Suhanda yang kini berseragam biru dan sedang memegang handy talky ini merenung sesaat saat disinggung tentang keluh kesahnya bekerja. Ia mengaku, saat ada mesin seharga Rp 200 juta itu dipasang, dirinya pernah bekerja dalam kondisi perut kosong seharian.
"Rp 75 ribu yang upah harian yang saya dapat, ya buat dapur aja. Dibilang cukup ya enggak. Paling saya ambil Rp 10 ribu buat ongkos. Awal November ini, mungkin baru digaji Upah Minimum Priovinsi (UMP) yang Rp 2,4 juta. Awal Januari baru deh lega yang katanya Ahok mau upahin jukir dua kali UMP," paparnya.