Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bertahan Hidup, Istri Pollycarpus Jual Anthurium Hingga Telur Asin

"Usaha dari 2005 hingga 2007, semuanya berumur pendek dan akhirnya saya tidak punya uang," katanya.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Rendy Sadikin
zoom-in Bertahan Hidup, Istri Pollycarpus Jual Anthurium Hingga Telur Asin
TRIBUNNEWS.COM/Taufik Ismail
Yosepha Hera Indaswari, istri dari Pollycarpus, terpidana kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir, sedang membuat kue di rumahnya, Pamulang Permai, Blok B, Tanggerang, Banten, senin (1/12/2014). (TRIBUNNEWS.COM/Taufik Ismail) 

TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG SELATAN - Penahanan Pollycarpus Budihari Priyanto, terpidana kasus pembunuhan pejuang hak asasi manusia (HAM), Munir Said Thalib, membuat sang istri Yosepha Hera Indaswari mengambil alih peran kepala keluarga. Istri Pollycarpus itu berjualan ekstrak buah merah hingga virgin coconut oil atau VCO.

Ketika pamor VCO meredup, Hera segera mencari pengganti bisnis VCO. Saat itu, masyarakat dilanda demam tanaman anthurium atau gelombang cinta. Bahkan, sejumlah orang mau membayar mahal untuk mendapatkannya. Hera pun menyadari bahwa ada banyak anthurium di pekarangan rumahnya.

"Ada orang yang mau beli anthurium saya seharga Rp2,5 juta. Akhirnya saya berbisnis anthurium dan berlangsung hanya 6 bulan," ungkap Hera di rumahnya di Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten, Senin lalu.

Setelah demam gelombang cinta reda, Hera memikirkan usaha yang telah dijalaninya. "Usaha dari 2005 hingga 2007, semuanya berumur pendek dan akhirnya saya tidak punya uang," katanya. Usaha tersebut berumur pendek karena sifatnya musiman.

Hera lalu berusaha menemukan usaha yang bisa berumur panjang. Pilihannya jatuh pada pembuatan telur asin asap yang bertahan hingga sekarang. Ide usaha telur asin asap dan cara pembuatannya diperoleh dari internet.

"Seumur hidup saya belum pernah bikin telur asin. Saya belajar sendiri. Tidak ada yang mengajarkan, yang ngajarin saya Google. Saya hanya berpikir, saya harus tetap hidup meski tidak ada lagi pemasukan dari suami," tuturnya.

Hera mengaku hanya mempunya modal Rp500 ribu saat memutuskan membuat telur asin asap. Diantar oleh kerabat ke pasar, Hera membeli telur bebek dan bahan-bahan lainnya. Hera lantas mengolah telur-telur bebek itu menjadi telur asin. Hera mencoba beberapa teknik membuat telur asin.

BERITA REKOMENDASI

"Ada yang saya rebus dengan garam. Hasilnya dicicip anak-anak saya juga para tetangga," katanya.

Hera kemudian menyimpulkan, teknik terbaik adalah membungkus telur menggunakan campuran tanah dan garam. "Bagi saya, teknik itu hasil trial and error," katanya.

Hera memproduksi 1.000 telur asin per hari. Dia menjualnya seharga Rp3.000 per butir. Dalam sebulan, Hera mengantungi laba antara Rp500 ribu sampai Rp1 juta. "Dari telur asin saya dapat menyekolahkan ketiga anak saya dan survive," ujarnya.

Hera mengaku usaha yang digelutinya senantiasa dikonsultasikan kepada Pollycarpus. Semua yang terjadi di rumah, selalu diberitahukan kepada suaminya. "Saya selalu beri tahu bapak, bahkan tungku pembakaran telur asin itu bapak yang merancangnya. Gambarnya lalu saya serahkan ke tukang untuk dibuatkan tungku," ujarnya.

Perkembangan usaha telur asin asap membuat Hera membuat dapur khusus. Dapur itu berupa bangunan bertiang kayu dan berdinding bambu seluas 2x3 meter persegi yang berada di samping rumah.


Kesibukan menjalankan usaha telur asin asap membuat Hera pulang lebih dulu dari Pollycarpus. Hera memang menyambut Polly ketika keluar dari LP Sukamiskin, Bandung, Jumat (28/11). Tak lama kemudian, Hera pulang ke Pamulang. Sedangkan Polly menemui para sahabat masa kecilnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas