Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gara-gara Uang Rp 5.000, Seorang Kondektur Kopaja Dibunuh

Hanya gara-gara uang Rp 5.000, Angger Budi Santoso (35) kehilangan nyawa, Kamis (19/3/2015).

Editor: Sanusi
zoom-in Gara-gara Uang Rp 5.000, Seorang Kondektur Kopaja Dibunuh
ist
ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hanya gara-gara uang Rp 5.000, Angger Budi Santoso (35) kehilangan nyawa, Kamis (19/3/2015). Kondektur kopaja itu dibunuh kondektur kopaja lainnya yang mengajak beberapa orang lain.

Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Metro Kebayoran Baru Komisaris Agus Widartono menuturkan, pelaku diduga berinisial SR. Ia adalah rekan Angger yang berganti shift untuk bertugas di bus kopaja tersebut.

"Saat itu korban sedang bekerja, kemudian pelaku meminta ganti shift. Kemudian korban meminta uang Rp 5.000 kepada pelaku. Biasa kenek saling memalak ketika ganti shift," ujar Agus saat dihubungi, Jumat (20/3/2015).

Namun, lanjut dia, Angger hanya diberi uang Rp 3.000. Karenanya, ia tidak mau bertukar shift dan tetap bekerja di bus tersebut. Diduga, hal itulah yang memicu amarah SR sehingga mengajak lima orang lainnya untuk membunuh Angger.

Tepat saat bus mengetem di Jalan Patimura atau dekat Taman Mataram, SR dengan lima orang lainnya masuk ke dalam bus untuk menemui Angger. Mereka sempat cekcok dan berlanjut perkelahian.

Selanjutnya, Angger ditusuk dengan sebilah pisau dan dibiarkan tersungkur berlumuran darah di TKP. Angger sempat meminta pertolongan dan dibawa oleh seorang temannya ke pos polisi di Bundaran Senayan.

Namun, karena kondisinya parah, ia dibawa polisi ke Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP). Namun, Angger meninggal dunia akibat kehabisan darah. Jenazahnya kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Fatmawati untuk diotopsi.

Berita Rekomendasi

Kriminolog Achmad Hisyam menilai, kejadian ini adalah bentuk penindakan terhadap seseorang yang tidak mematuhi aturan di kelompoknya. Angger dalam hal ini tidak mau digantikan oleh SR yang seharusnya sudah saatnya bertukar shift.

"Jadi mungkin korban memicu kemarahan pelaku karena tidak mengikuti semacam aturan tidak tertulis yang sudah berkembang di antara mereka," ujar dia.

Kemarahan itu lantas membuat SR diduga bertindak secara spontan. Ketika saat itu ia membawa pisau, maka ia pun menusuk Angger. Achmad mengatakan, setiap orang yang tidak mengikuti aturan yang ada di lingkungannya memicu teguran.

Namun, bentuk teguran berbeda dalam setiap lingkungan. "Lingkungan sopir dan kondektur adalah lingkungan yang keras, maka gesekan-gesekan seperti itu sangat rentan menimbulkan perkelahian," ujar dia.(Unoviana Kartika)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas