Kasus Perdata JIS, Diduga Ada Surat Keterangan Bodong
"Surat tersebut tidak ada dalam data surat masuk dan keluar RS Amanda. Jadi tidak ada dalam arsip kami," kata Harry Ponto.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada temuan baru yang cukup mengejutkan dalam persidangan perkara perdata tuduhan pelecehan seksual terhadap mantan
murid TK Jakarta Intercultural School (JIS) oleh petugas kebersihan, yang saat ini masih berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Keterangan dokter Tony dari RS Amanda, Bekasi, dalam suratnya yang menyatakan MAK mengidap HSV-2 akut, ternyata dibuat tanpa
sepengetahuan pimpinan rumah sakit tersebut. Terungkapnya surat bodong tersebut, bermula ketika tim pengacara JIS melihat kejanggalan surat
dari dokter Tony tanpa disertai tanggal, nomor surat keluar serta tidak dibubuhi cap resmi RS Amanda.
Surat tersebut juga tidak mencantumkan Nomer Izin Praktik (NIP) dokter Tony. Tim pengacara JIS dalam persidangan sebelumnya juga sudah
menyinggung motif penggugat kepada majelis hakim yang harus jauh-jauh ke rumah sakit di kabupaten Bekasi. Padahal penggugat tinggal di
Pondok Indah untuk sekedar mendapatkan sebuah surat keterangan dari seorang dokter umum.
Pernyataan dokter Tony bahwa MAK mengidap herpes genitalis akut tersebut disimpulkan oleh yang bersangkutan dari membaca hasil
laboratorium dari SOS Medika Klinik, RS Bhayangkara dan RS Pondok Indah.
"Dengan kejanggalan surat dokter Tony yang diajukan pihak penggugat sebagai bukti, kami melakukan korespondensi dengan pimpinan RS Amanda
Bekasi," jelas Harry Ponto dari Kantor Pengacara Kailimang dan Ponto, Rabu (13/5/2015). Surat balasan dari pimpinan RS AManda ini telah
dimasukkan sebagai bukti tambahan saat sidang tanggal 28 April 2015 lalu.
Dalam surat balasannya, RS Amanda membantah bahwa surat dari dokter Tony tersebut merupakan surat resmi. Mereka menjelaskan bahwa prosedur
di RS Amanda, para dokter tidak dibenarkan membuat pernyataan atau kesimpulan dari hasil laboratorium selain dari RS Amanda. "Surat
tersebut tidak ada dalam data surat masuk dan keluar RS Amanda. Jadi tidak ada dalam arsip kami," kata Harry Ponto, membacakan surat yang
ditulis Dirut RS Amanda tersebut.
Dalam kesempatan lain di sidang kasus gugatan kepada JIS oleh orang tua MAK dengan tuntutan US$125 juta atau setara dengan Rp1,6 triliun,
surat bodong dari dokter Tony diperlihatkan kepada ahli dokter spesialis forensik Ferryal Basbeth. Tujuannya, agar dapat diberikan
analisa atas hasil laboratorium yang dirujuk dalam surat tersebut.
Saat membaca surat tersebut dokter Ferryal secara spontan justru mempertanyakan mengapa surat tersebut tidak mencantumkan tanggal dan
NIK (Nomor Induk Kepegawaian) dokter Tony.
"Dokter ini terlalu berani, karena tidak mencantumkan nomor induk pegawai RS Amanda. Padahal kalau menilai hasil visum, maka harus
sebagai dokter tetap di RS tersebut. Bila tidak maka melanggar kode etik," katanya, dalam persidangan tanggal 14 April 2015.
Padahal, ibu MAK yaitu TPW, mengajukan gugatan senilai Rp 1,6 triliun mengunakan surat tersebut, yang menyatakan anaknya terkena herpes
genitalis setelah menjadi korban sodomi beramai-ramai. Selain itu, tidak ada satupun bukti medis yang kuat membuktikan anaknya mengalami
kerusakan pada lubang pelepas. Meskipun saat diperiksa dokter Lutfi dari RS Pondok Indah ditemukan nanah di bagian dalam anus MAK. Tetapi
menurut dokter Ferryal, terlihat jelas bahwa pemeriksaan visum terhadap MAK tersebut belum tuntas, sehingga hasil dari temuannya
belum dapat disimpulkan secara mendalam.
Berdasarkan keterangan dokter Lutfi dalam persidangan, terkait nanah yang ada di anus bagian dalam atau rectum MAK, disampaikan bahwa
penyebabkan bukan virus Herpes Genitalis (HSV-2) melainkan bakteri.
Karena virus tidak menyebankan timbulnya nanah. Atas hal tersebut, kemudian dokter Lutfi memberikan obat flagyl kepada MAK, untuk
mengilangkan nanah tersebut dan berdasarkan hasil pemeriksaannya terhadap MAK, dokter Lutfi mendiagnosa bahwa MAK menderita proktitis,
bukan penyakit seksual menular seperti yang dituduhkan Ibu MAK.
"Apabila kondisi tersebut diakibatkan sodomi beramai-ramai, maka akan menimbulkan anus robek. Nyatanya semua visum menyatakan anus normal.
Bila anak disodomi orang dewasa pasti robek," tegas dokter Ferryal.