TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Pengawas masa orientasi sekolah (MOS) di SMP Flora Herson Nainggolan mengatakan tidak ada siswa lain yang sakit ataupun mengeluh setelah melakukan kegiatan "cinta lingkungan" pada hari terakhir MOS.

Tidak ada siswa yang kakinya biru-biru atau bengkak setelah kegiatan itu.

"Bahkan anak perempuan yang paling lemah, lebih lemah dari Evan tidak ada yang komplain," ujar Herson di SMP Flora, Pondok Ungu Permai, Bekasi Utara, Senin (3/8/2015).

Herson pun menjelaskan secara detail mengenai kegiatan "cinta lingkungan" di sekolah itu.

Para siswa baru termasuk Evan dibagi dalam beberapa kelompok. Mereka harus berjalan dari satu pos ke pos lainnya.

Totalnya ada lima pos yang dibuat di sekitar sekolah.

Herson mengatakan, satu kelompok harus berjalan kaki untuk mencapai pos-pos tersebut.

Mereka juga diharuskan membawa air minum dan makanan kecil.

Bagi siswa yang sakit atau sedang berpuasa, tidak diwajibkan mengikuti hal itu.

Herson menjelaskan, di tiap pos, satu kelompok akan diberi teka-teki yang harus dipecahkan.

Pertanyaannya seputar materi yang telah siswa baru dapatkan pada hari pertama MOS.

Jika berhasil menjawab, mereka boleh melanjutkan perjalanan ke pos berikutnya.

"Tujuannya untuk pengenalan lingkungan sekitar dan memang kami lakukan agar mereka mengenal wilayah kita dan jalan masuk ke sekolah," ujar Herson.

Sehingga, kata dia, tidak benar bahwa Evan meninggal akibat kegiatan "cinta lingkungan" tersebut. Apalagi, setelah kegiatan MOS berakhir, sekolah diliburkan.

Sebelumnya, Evan Christoper Situmorang (12), seorang siswa baru di SMP Flora Pondok Ungu Permai, meninggal setelah dua minggu mengalami keram dan biru di kedua kakinya.

Sebelum mengalami sakit kakit, Evan sempat mengikuti Masa Orientasi Sekolah (MOS) di sekolahnya. Evan bersama murid lainnya disuruh berjalan kaki sejauh 4 kilometer pada hari terakhir MOS.