Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Ya Ampun, Sawah di Tangsel Tinggal 200 Hektare

Tangsel aktual, adalah kota yang telah bertransformasi menjadi modern, sarat bangunan beton, dan aktivitas ekonomi yang dinamis.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Ya Ampun, Sawah di Tangsel Tinggal 200 Hektare
Tribun Timur/
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG -- Pesatnya pembangunan fisik di Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, membawa dampak signifikan terhadap wajah kota ini.

Tangsel aktual, adalah kota yang telah bertransformasi menjadi modern, sarat bangunan beton, dan aktivitas ekonomi yang dinamis.

Namun, konsekuensi logis dari kemajuan kota ini adalah konversi besar-besaran terhadap lahan pertanian, terutama persawahan produktif.

Hal ini diakui Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel, Dedi Rafidi.

"Ya kami mengakui, konsekuensi logis dari masifnya pembangunan adalah menyusutnya lahan pertanian, terutama persawahan produktif," ujar Dedi kepada Kompas.com, Selasa (4/8/2015).

Menurut Dedi, area persawahan yang tersisa di Tangsel saat ini kurang dari 200 hektare (ha) dari total luas wilayah 147,19 kilometer persegi. Padahal sepuluh tahun lalu, masih ribuan hektar.

Penyusutan terjadi karena lahan persawahan produktif sudah dikuasai pengembang-pengembang besar. Jadi, kata Dedi, sulit untuk mengembalikan lahan tersebut kepada fungsinya semula.

Berita Rekomendasi

Namun begitu, lanjut Dedi, Pemkot Tangsel tetap berupaya menambah, dan mengembangkan lahan pertanian perkotaan (urban farming), melalui skema budidaya. Jenis tanaman yang dibudidayakan adalah anggrek. Karena itu, anggrek dijadikan sebagai lambang kota.

Kota Tangsel sejatinya bisa disejajarkan dengan kota-kota lainnya terutama dalam pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia (IPM), lamanya masa pendidikan, dan rintisan layanan kesehatan yang dapat diakses publik secara gratis.

Pertumbuhan ekonominya, klaim Dedi, sebesar 8,48 persen atau melampaui pertumbuhan ekonomi nasional. IPM-nya mencapai 77,13. Pencapaian di sektor pendidikan, lanjut Dedi, adalah buah dari program rasio 1:32. Artinya, satu ruang kelas hanya diisi oleh 32 siswa. Alhasil, tingkat rerata lama sekolah warga Tangsel adalah 9,95 tahun.

"Kami mengalokasikan Rp 250 miliar sebagai anggaran pendidikan, termasuk subsidi untuk sekolah negeri dari tingkat sekolah dasar hingga lanjutan atas," tambah Dedi.

Sementara itu, di sektor kesehatan, Pemerintah Kota Tangsel menganggarkan dana Rp 200 miliar untuk mengembangkan 35 puskesmas gratis. Semua warga Kota Tangsel dapat mengakses layanan kesehatan gratis, termasuk rawat inap. Fasilitas itu bisa diperoleh hanya dengan bekal KTP dan kartu keluarga.

Saat ini, baru ada 25 puskesmas yang memberikan layanan kesehatan gratis ini. Ke depan, 35 puskesmas, sesuai target, diharapkan dapat mendukung layanan kesehatan gratis.

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas