Kisah Pengacara Wanita Banting Setir Jadi Tukang Ojek Online
Di antara para pendaftar kemarin, juga ada seorang pengacara perempuan yakni Ekky Zakiah Aziz SH.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM - Ribuan orang mendatangi Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Rabu (12/8) siang. Mereka ingin menjadi pengendara ojek GrabBike.
Penghasilan yang menggiurkan menjadi magnet bagi mereka untuk mendaftar jadi tukang ojek berbasis aplikasi tersebut.
Tak sedikit yang bersedia meninggalkan pekerjaan sebelumnya.
"Saya mendaftar di sini karena memang dengar dari kakak saya yang lebih dulu bergabung sama GrabBike. Dia kasih tahu kalau penghasilannya sebulan bisa Rp 8 Juta, makanya saya mau coba gabung sama GrabBike," kata salah seorang pendaftar, Jaka (29), ketika ditemui Warta Kota.
Pria pemilik konter HP itu penghasilannya per hari tidak menentu. "Dengan bekerja sebagai tukang ojek, saya berharap bisa dapat penghasilan yang lebih banyak," ucap warga Ciganjur, Jakarta Selatan, itu.
Ia mengaku malu bekerja sebagai tukang ojek karena pekerjaan itu halal.
"Nggak malu lah. Namanya juga cari makan. Sekarang percuma kalau gayanya keren tetapi nggak punya duit. Mendingan ikut ini, kerjaan jadi prajurit tetapi gaji kayak jenderal," ujar Jaka.
Ia sudah berhasil mengikuti serangkaian tahapan seleksi mulai dari seleksi motor, pelatihan cara mengendarai yang aman, pelatihan penggunaan ponsel pintar, sehingga selanjutnya ia akan mengantre untuk mengambil atribut.
Adapun atribut yang diberikan untuk tukang ojek GrabBike di antaranya adalah dua buah helm, satu jaket, satu buah ponsel pintar, dan juga masker yang nantinya diberikan untuk si pengguna jasa ojek.
Menurut Kapandi, salah satu pengojek yang telah bergabung selama satu bulan dengan GrabBike, membenarkan bahwa dalam sehari dirinya bisa mengantongi lebih dari Rp 300.000. Bahkan kalau sedang ramai bisa Rp 500.000.
Sekolahkan anak
Di antara para pendaftar kemarin, juga ada seorang pengacara perempuan yakni Ekky Zakiah Aziz SH.
Konsultan hukum itu mengaku ikut dalam perekrutan GrabBike untuk mencari tambahan penghasilan.
"Setiap hari kan tidak selalu ada kasus. (Jadi tukang ojek) kerjanya separuh waktu, hasilnya lumayan," katanya.
Sarjana hukum itu rela menjadi tukang ojek online demi untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang lebih tinggi.
"Anak pertama saya SMA. Kalau bisa, pengin sekolahin lebih tinggi dari orangtuanya," kata Ekky.
Saat ditanya apakah tidak malu menjadi tukang ojek, ibu empat anak itu spontan menjawab, "Di Jakarta malu-malu lapar, Mbak. Saya bangga, enggak malu, yang penting halal."
Perempuan usia 41 tahun itu juga mengaku mendapat dukungan dari suami dan anak-anaknya.
Dia pun tidak mengkhawatirkan aksi kekerasan yang akhir-akhir ini menimpa ojek-ojek online.
"Saya rasa untuk wanita perlakukannya beda, pasti akan lebih menghargai," ujar Ekky.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.