Aktivis LGBT Ini Jualan Kalung Pelangi Seharga Rp 250 Ribu Buat Biayai Kumpul-kumpul
Aktivis LGBT, Hartoyo, menegaskan kelompok Lesbian Gay Biseks dan Transgender di Indonesia tidak menerima bantuan dari UNDP.
Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Eri Komar Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Aktivis LGBT, Hartoyo, menegaskan kelompok Lesbian Gay Biseks dan Transgender di Indonesia tidak menerima bantuan dari UNDP.
Untuk mendanai kegiatan mereka, LGBT berusaha untuk swadaya. Hartoyo dan teman-temannya di komunitas LGBT menciptakan kerajinan tangan berupa aksesoris semisal kalung.
"Buat saya tuduhan itu menyakitkan dapat donor. Saya itu berjuang dengan seperti itu susah payah. Kami itu kumpulin teman-teman LGBT buat kalung ini dan kita jual," kata Hartoyo saat berbicang dengan Tribun, Cikini, Jakarta, Sabtu (20/2/2016).
Hartoyo pun memamerkan kalung pelangi yang tergantung di lehernya. Kalung tersebut dibanderol di kisaran harga Rp 250 ribu.
"Keuntungannya untuk pertemuan sama kawan-kawan. Buat shelter (tempat berlindung), gitu. Jadi ini simbol pelangi ya simbol LGBT, dan kami menjualnya dari pameran ke pameran," ungkap pria asal Binjai, Sumatera Utara itu.
Hartoyo, aktivis LGBT kelahiran Binjai, Sumut.
Hingga kini, penjualan pernak-pernik tersebut belum mencukupi biaya operasional mereka.
Mereka membutuhkan dana juga untuk memberikan pemahanan kepada masyarakat agar tidak membuat perlakuan berbeda kepada LGBT. Selain usaha, Hartoyo memang mengakui ada sumbangan dari berbagai pihak.
"Pasti tidak cukup, juga ada sumbangan-sumbangan. Mau yumbang juga boleh," kata dia.
Sebelumnya, JK mengatakan Pemeritah melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional telah memanggil perwakilan UNDP di Indonesia mengenai kabar pemberian dana tersebut. Dalam pertemuan tersebut, JK mengungkapkan UNDP tidak mengakui memberikan dana untuk LGBT di Indonesia.
"Begitu keterangan dari UNDP itu. Kemudian kita minta untuk jangan diteruskan. Hentikan itu program yang menurut kabarnya itu termasuk Indonesia," kata JK di kantornya, beberapa waktu yang lalu.
Dana tersebut disinyalir berkisar 8 juta Dolar Amerika Serikat untuk mendanai kegiatan LGBT di Indonesia, China, Filipina, dan Thailand.