Tiga Kasus PRT di Ibu Kota Disiksa Majikan, Pelakunya Bidan Hingga Anggota DPR
Dalam tiga bulan terakhir pada tahun 2016 tribunnews.com mencatat ada tiga peristiwa mencolok terkait penganiayaan Pembantu Rumah Tangga (PRT) di wila
Penulis: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam tiga bulan terakhir pada tahun 2016 tribunnews.com mencatat ada tiga peristiwa mencolok terkait penganiayaan Pembantu Rumah Tangga (PRT) di wilayah DKI Jakarta.
Berikut kasus penganiayaan PRT di ibu kota yang menyedot perhatian banyak pihak.
1. Penyiksaan PRT di Matraman
Seorang PRT Siti Sri Mariani alias Ani (20) menjadi korban penganiayaan majikannya Meta Hasan Musdalifah (40) selama tujuh tahun.
Kasus ini terkuak Februari 2006, setelah korbannya berhasil melarikan diri dari rumah majikannya yang berada di di Jalan Moncokerto III, RT 14 RW 13, Utan Kayu Selatan, Matraman, Jakarta Timur awal Februari 2016.
Akibat penganiayaan majikannya, sekujur tubuh Ani terdapat bekas luka.
Penganiayaan itu terungkap setelah Ani berhasil melarikan diri dengan memanfaatkan kelengahan majikannya.
Ia berhasil kabur melalui balkon rumah di lantai dua untuk kemudian menyusuri genteng hingga merangkak tembok samping rumah.
Setelah berhasil kabur ke jalan raya, Ani menuju Pos Polisi Kebon Sereh dengan bantuan warga.
Namun, sesampainya di pos polisi, ternyata Ani sempat dikuntit majikannya yang mengetahui hal tersebut.
Pelaku pun berpura-pura membuat laporan kehilangan KTP.
Selanjutnya dengan kawalan anggota polisi, Ani diantarkan melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Matraman.
Kepada penyidik Ani mengaku mendapat kekerasan fisik dari majikannya seperti dipukul dengan sapu hingga diseterika.
"Pernah juga disiram air panas di dada kalau ada salah. Di perut saya juga ada bekas seterika," kata Ani dengan nada pelan,
Ani menuturkan dirinya sudah bekerja di tempat pelaku sejak tahun 2007.
Namun penganiayaan yang dialaminya baru dialami dua tahun kemudian.
Ketika itu ia dituduh telah mencuri uang majikannya.
"Pernah juga disumpal sama sikat kamar mandi ke mulut dan kepala pernah juga digetok pakai pot kalau ada kerjanya enggak beres," tuturnya.
Sementara itu seorang penyidik menjelaskan bahwa pekerja rumah tangga di tempat tersebut juga ikut menganiaya korban.
Hal itu dilakukan atas perintah majikannya supaya menganiaya korban secara bergantian.
"Jika menolak, mereka yang dianiaya," ungkapnya.
Akhirnya sang pelaku Meta Hasan Musdalifah pun menyerahkan diri ke Mapolres Metro Jakarta Timur, Rabu (10/2/2016).
Selain mendapat kekerasan fisik Ani pun pernah disekap dan disuruh memakan kotoran kucing.
Kondisi kesehatan Siti Sri Mariani alias Ani (20) berangsur pulih setelah mendapatkan perawatan intensif di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
2. Penyiksaan PRT Oleh Anggota DPR
Toipah (20), pembantu rumah tangga yang bekerja di kediaman Politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Fanny Safriansyah alias Ivan Haz pun menjadi korban penganiayaan majikannya.
Selama bekerja sejak Mei 2015 lalu di kediaman Ivan Haz, Toipah selalu berada dalam tekanan.
Perlakukan kasar juga sering diterima Toipah dan kian hari semakin menjadi-jadi.
Terlebih setelah lebaran Idul Fitri tahun lalu.
Tidak hanya bogem mentah, Toipah juga ditendang, dan dinjak-injak.
"Dipukul dengan kabel, ditendang dalam kondisi kaki masih bersepatu dan dipukul di bagian kepala dengan mengunakan mainan anaknya hingga berdarah," ujar Direktur LBH Apik, Ratna Batara Munti kepada Tribun, Kamis(3/3/2016).
Toipah sebenarnya sudah tidak nyaman bekerja dengan perlakuan seperti itu.
Usai lebaran kakak kandung Toipah sempat datang ke Apartemen Ascot untuk membawa pulang adiknya.
Hanya saja Toipah tidak berani pulang karena sering mendapatkan ancaman.
"Korban menolak karena pelaku mengancamnya apabila meninggalkan apartemen," katanya.
Perempuan 20 tahun tersebut akhirnya nekat kabur dari apartemen perangai anak mantan Wapres Hamzah Haz tersebut semakin parah.
Terakhir pada 29 September 2015, Toipah mengaku telinganya dipukul hingga berdarah dan bengkak.
Selain itu pundaknya dipukul tabung obat nyamuk semprot, tulang belakang ditendang.
"Perlakuan tersebut menyebabkan korban tidur dengan kepala sakit. Saya juga kaget ketika melihat langsung telingnya, menciut dan mengecil," tutur Ratna.
Toipah kemudian memberanikan melarikan diri keesokan harinya dengan memanjat tembok apartemen, ia menuju stasiun Karet, Jakarta Pusat sebelum kemudian ditemukan Aktivis LBH Apik, Veny Siregar.
Ketika itu kondisi Toipah sangat mengkhawatirkan.
Psikologisnya terguncang dan terus menangis.
Karenanya agar tidak ada intervensi dan kondisi cepat pulih kini Toipah ditempatkan di rumah aman (safe house) dalam koordinasi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Kini kasus yang menyeret anak mantan Wakil Presiden Ivan Haz tersebut sudah ditangani Polda Metro Jaya.
Ivan Haz sebagai tersangkanya kini ditahan penyidik.
3. PRT Dianiaya Bidan
Mahona (20) PRT Indramayu, Jawa Barat menjadi korban penganiayaan majikannya.
Majikan Mahona, Nani (26) diketahui bekerja sebagai bidan, di sebuah klinik di bilangan Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.
Kejadian bermula saat Mahona mendapat perintah dari sang majikan untuk membeli makanan di sebuah warung makan Kawasan Koja.
Mahona saat itu disuruh majikannya untuk membeli sayur lodeh.
Naas, Mahona yang sudah mengaku salah lantaran salah membeli makanan, justru sayur sop.
Akibatnya besi panas atau setrika pun mendarat di pipinya.
"Si ibu (Nani) kesel sama saya. Saya akhirnya minta maaf dan kembali bergegas menyetrika baju. Pas saya beres setrika, ibu ujug-ujug datang dari belakang sambil bawa gosokan. Langsung ditempel ke pipi saya. Saya berteriak kesakitan," ucapnya di sebuah kontrakan, tepatnya di Jalan Bandar Ujung, RT 4/6 Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara, Selasa (15/3/2016).
Kasus penganiayaan terhadap Mahona (15) bisa terbongkar setelah ditolong warga.
Pembantu Rumah Tangga (PRT) asal Indramayu, Jawa Barat, tersebut dianiaya majikannya dengan menyetrika wajahnya, Senin (14/2/2016) sore.
Kejadian berlangsung di rumah tempat Mahona bekerja yang terletak di Jalan Bandar Ujung, RT 04/06 Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara.
Akibat perliaku kasar majikannya, wajah wanita yang akrab disapa Mona mengalami luka bakar di pipi bagian kanan.
Suminah (50) warga setempat yang merupakan tetangga majikan Mahona, mengaku dirinya tak tahu kejadian tersebut.
Ia menuturkan, Kamis (10/3/2016) dirinya pulang dari kantor suaminya di Lebak Bulus sekitar pukul 15.00 WIB.
Saat datang pembantu laki-lakinya bercerita mengenai kejadian yang terjadi di ligkungan rumahnya.
Dikatakan Suminah, pembantunya menceritakan kalau Mahona keluar rumah dalam kondisi wajahnya penuh memar.
"Pembantu saya dengar cerita tetangga saya si Unyil. Mahona keluar rumah dalam kondisi wajahnya memar. Benjol kayak habis dipukul," tutur Mahona.
Atas peristiwa tersebut, Suminah disuruh ke rumah Nani.
Suminah dengan rasa penasaran mendatangi kediaman tetangganya untuk menanyakan kejadian yang menimpa Mona.
Ia mengaku, wajah Mahona dipukul lantaran salah membeli makanan.
Mengetahui hal itu, Suminah pun Sabtu (12/3/2016) sepakat bersama pengurus RT dan tetangga lainnya untuk menyambangi kediaman Nani tempat Mahona bekerja.
"Saya tanya dan Nani ini mengaku tidak melakukan kekerasan," ucapnya.
Majikan Mahona saat itu mengatakan bila pembatunya tersebut sedang terkena penyakit kulit.
"Nih Bu lihat, emang sedang kena penyakit kulit dia (Mahona). Herpes ini bu. Makanya saya kasih salep, saya ajak ke dokter, dianya gak mau," kata Suminah menirukan kata-kata Nani.
Suminah pun mengaku curiga.
Kecurigaannya tersebut lantaran luka lebam hingga luka di pipi kanan pembantu Nani bukanlah luka penyakit kulit.
"Saya curiga. Masa iya sih luka seperti ini dibilang herpes," katanya.
Kemudian, Suminah pun memberanikan diri mengatakan bila ada laporan warga mengani dugaan penganiayaan terhadap Mona.
Tetap Nani saat itu mengelak dan mengatakan bila dirinya sebagai bidan di rumah sakit tahu perbedaan luka bakar dan herpes.
"Bu saya itu PNS Bidan. Saya paham, luka bakar seperti apa, dan luka herpes seperti apa," kata Suminah kembali menirukan kata-kata Nani.
Suminah pun meminta kepada Nani, bila dirinya tidak suka dengan Mona, lebih baik PRT-nya tersebut dikeluarkan dari rumahnya.
"Tapi ibu ini (Nani) bilang ke saya 'Ini orang (Mona) sekampung sama saya bu. Mana mungkin saya melakukan kekerasan' kata dia ke saya dan warga," ungkap Suminah.
Sepulang dari kediaman Nani, Suminah mengaku tetap meragukan akan pengakuan Nani yang diketahui sudah dikaruniai satu anak perempuan.
Akhirnya, Suminah merencanakan akan menemui Mona atau Manoha bersama warga untuk mendengar keterangannya.
"Nani tuh awalnya enggak mengaku. Sampai saya bilang 'warga di sini mau melindungi kamu. Mending kamu cerita' tetap saja ngakunya herpes," tuturnya.
Akhirnya Suminah pun pulang ke rumahnya.
20 menit kemudian, seorang warga menghampiri Suminah dan mengatakan bila Mona mengaku wajahnya dipukul dan disetrika majikannya.
"Bu..bu.. Mona ngaku wajahnya dipukul dan disetrika. Nah pengakuan Mona ini bisa dituturkan karena Naninya sedang pergi kerja," katanya.
Cerita Mona kepada warga membenarkan dirinya mendapat perilaku kekerasan dari majikannya sendiri.
Luka lebam diwajah, diakui Suminah, lantaran Mona salah membeli makanan.
Wajah Mona pun dicakar majikannya karena anak Nani sering mengadu kalau Mona tidak memberi makan.
Sementara kasus disetrika wajahnya, karena majikannya menganggap Mona menyetrika baju terlalu lelet.
"Diambilah setrikaan itu dan langsung ditempel di pipi kanan Mona. Mendengar cerita itu, satu kampung sini sepakat untuk melaporkan Nani ke Polres Jakarta Utara," ungkapnya.
Kini kasus tersebut ditangani Polres Jakarta Utara. (Tribunnews.com/ Wartakota)