Nada Bicara Ahok Meninggi Tanggapi Gerakan Cap Jempol Darah Warga Luar Batang
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purama (Ahok) geram dengan adanya gerakan pengumpulan cap jempol darah.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purama (Ahok) geram dengan adanya gerakan pengumpulan cap jempol darah.
Gerakan itu dilakukan warga Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, sebagai bentuk penolakan atas penertiban yang akan dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Ahok menjelaskan penertiban dilakukan untuk bangunan yang berdiri di sekitar bantaran sungai atau laut.
Hal tersebut dilakukan sebagai revitalisasi kawasan untuk mengatasi persoalan banjir akibat rob yang kerap terjadi.
"Silakan saja (galang gerakan, -red). Kita tidak ada cerita cap jempol darah. Saya tertibkan yang tinggal di (atas) laut, bukan mau tertibkan yang di daratan," ujar Ahok di Balai Kota, Jakarta Pusat, Selasa (29/3/2016).
Gerakan pengumpulan cap jempol darah dikomandoi Ketua Badan Pembinan Yatim Piatu (BPYP) Rifai Bakri.
Dia tidak mau 200 anak asuhnya kena gusur.
Karena itu, dia menggalang pengumpulan cap jempol darah warga Luar Batang.
Yayasan yatim piatu itu merupakan Badan Pembina Anak Yatim Piatu yang letaknya di Jalan Luar Batang V Nomor 3 RT 005, RW 03, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.
Wilayah yang masuk dalam rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melangsungkan penertiban.
Ahok menegaskan akan mengurus 200 anak yatim piatu itu.
Hal terpenting, menurut dia, sheet pile atau dinding turap tetap harus dibangun di sepanjang Pelabuhan Sunda Kelapa.
Dengan nada tinggi, Ahok geram dengan gerakan yang mengatasnamakan 200 anak yatim piatu untuk menolak penertiban.