Taufik Minta Sanusi Ikhlas, 'Ini Jalan Hidup'
Ketua DPD Partai Gerindra, M Taufik, mengakui bahwa ditangkapnya sang adik, M Sanusi, pada kasus Raperda Reklamasi, berdampak dengan keluarganya.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua DPD Partai Gerindra, M Taufik, mengakui bahwa ditangkapnya sang adik, M Sanusi, pada kasus Raperda Reklamasi, berdampak dengan keluarganya.
Posisi Sanusi sebagai kepala keluarga digantikan oleh Taufik.
"Keluarganya sampai saat ini baik-baik saja. Itu jalan hidup. Saya baru dua kali jenguk. Saya jadi yang menggantikan posisi Sanusi (sebagai kepala keluarga) saya kan kakaknya. Saya kasih masukan saja ke keluarganya untuk sabar dan ikhlas," kata Taufik, usai konferensi pers pernjaringan tiga Calon Gubernur DKI, di Kantor DPD DKI Jakarta, Jalan Pecenongan, Jakarta Pusat, Selasa (26/4/2016).
Menurut Taufik, dirinya juga kerap menasehati Sanusi. Termasuk dengan menghadapi masalahnya dengan ikhlas.
"Kondisi Sanusi saat ini sehat, alhamdulillah baik. Dia lebih sehat. Nggak berharap apa-apa, orang ini jalan hidup. Ya sudah mau diapain mesti ikhlas. Orang itu kalau kena kejadian harus ikhlas. Harus bersabar dan ikhlas," katanya.
Sementara, pada penyelidikan dirinya sendiri, ia mengaku, ditanya masalah penyusunan raperda sama materi raperda. Mekanisme dan bagaimana proses pembahasannya, siapa aja.
"Untuk masalah pertemuan di rumah Aguan, tanya pak Ketua (Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetio Edi Marsudi). Saya nggak ngapa-ngapain. Ya orang saya juga dikenalkan," katanya.
Taufik juga menyangkal bahwa pertemuan tersebut, tidak tahu membahas masalah fee. Yang ia ingat hanya saat makan.
"Nggak tahu ya saya nggak dengar itu. Saya kan baru pertama kali ke situ. Saya dikenalkan Ketua. Ketua kan bekas, karyawannya Aguan. Saya kira semua yang hadir dikenalkan. Nggak ngomong apa apa. Orang itu ramai banyak ramunya. Seinget saya hari Minggu. Saya cuma makan pempek, abis itu temen-temen mau ngerokok pindah ke ruang belakang. Abis itu Aguan masuk lagi ke dalem. Gitu aja," katanya.
Doa Bersama
Sementara itu, ribuan umat muslim akan menggelar Munajat Nasional 2016 pada 28 April, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) nanti.
Doa tersebut digelar salah satunya untuk mendoakan agar Jakarta bebas dari kasus korupsi. Seperti yang baru-baru ini terjadi, pada Operasi Tangkap Tangan (OTT) kasus dugaan korupsi mantan anggota DPRD DKI, Mohamad Sanusi, lalu Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land (PT APL) Ariesman Widjaja, dan Karyawan PT APL, Trinanda Prihantoro.
"Akhir-akhir ini banyak berita masalah korupsi khususnya di Jakarta. Padahal Jakarta adalah miniatur Indonesia. Jika Jakarta saja seperti ini, maka wilayah lain juga tidak menutup kemungkinan seperti itu," kata Abah Anom Kusumajati, Guru Pembimbing Majlis Tawajjuh Indonesia.
Karena itu, pihaknya berharap, agar para pemimpin di DKI, seperti DPRD DKI, dan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, bisa berpikir jernih agar tidak tersangkut paut masalah korupsi.
Pihaknya akan menurunkan ribuan umay muslim yang tergabung dalam Anggota forum Mujalasah Mursyid Muqoddam Masyayikh toriqoh Mu'tabaroh (FM4tM) dan Persatuan Guru Ngaji Indonesia (Perguji).
"Selain masalah korupsi, kami juga mendoakan, agar Indonesia khususnya Jakarta bersih dari narkoba, teroris, dan LGBT," katanya.
Acara itu sendiri, akan turut mengundang Presiden RI, Joko Widodo, para Menteri Kabinet Kerja, alim ulama, tokoh ormas, dan lainnya. (Mohamad Yusuf)