Warga Luar Batang Usir Sekda DKI, Lurah Dipukuli dan Petugas Satpol PP Terluka
Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta, Saefullah, yang meninjau lokasi tersebut, diusir warga.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kericuhan terjadi di kawasan Masjid Luar batang, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (2/5/2016) malam.
Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta, Saefullah, yang meninjau lokasi tersebut, diusir warga.
Lurah Penjaringan, Suranta, terkena pukulan. Serta seorang petugas Satpol PP, Bambang Eryanto (40) pun menerima lima jahitan di keningnya.
Hal tersebut, terjadi karena warga merasa tidak terima dengan Surat Peringatan (SP) yang diberikan kepada warga.
Bahkan, kehadiran Saefullah dianggap untuk memprovokasi warga yang kondisinya saat itu tengah memanas.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pun menanggapi masalah kericuhan tersebut.
Bahwa saat itu, Saefullah mendatangi ke lokasi tersebut hanya untuk memberikan seragam kepada marbot atau penjaga dan pengurus masjid.
"Sekda jelas kok udah ngomong mau rapihin PKL. Dia juga mau kasih marbut baju," kata Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (3/5/2016).
Menurut Ahok, nantinya kawasan Masjid Luar Batang tersebut akan menjadi tempat religi.
Dengan adanya marbut berseragam, lanjut Ahok, maka pengunjung bisa mengetahui mana yang merupakan petugas masjid atau pengunjung.
Namun, Ahok mengakui telah mendapatkan laporan mengenai masalah pengusiran Saefullah tersebut.
"Saya sudah dapat laporan lengkapnya (masalah pengusiran Saefullah). Malahan ada Pol PP yang dipukul lima jahitan. Lurahnya juga dipukul," kata Ahok
Meski demikian, Ahok mengatakan, bahwa dirinya tidak mengetahui, masalah Rp 1 miliar yang dijanjikan untuk Masjid Luar Batang.
"Nggak tahu duit dari mana Sekda, mungkin nanti mau rapihin seluruh PKL, bukan kasih duit ke warga," katanya.
Sementara itu, Saefullah mengakui, memang saat itu mengunjung lokasi Luar Batang. Namun, sebenarnya kunjungannya tersebut bukanlah yang kali pertama.
Saat itu, lanjut mantan Wali Kota Jakarta Pusat tersebut, hendak Masjid Luar Batang. Namun, ia tidak berkoordinasi dengan lurah dan camat.
"Ternyata, pak Plt Wali Kota mendengar kabar ini dan mengondisikan kedatangan saya. Kemudian saya diarahkan untuk berdiskusi di Kecamatan Penjaringan," kata Saefullah di Balai Kota.
Saat itu, lanjut Saefullah, dialog dengan warga pun berlangsung sekira satu jam. Berbagai keluhan disampaikan.
"Kira-kira jam 22.00 saya ke Masjid Luar Batang untuk salat Isya. Saya duduk di depan kantor pengurus dan ngomong-ngomong sama habib, ada pengurus RW juga di sana. Mereka bilang, marbut masjid tidak mau diukur pakaiannya untuk dibuatkan seragam, jadi kapan-kapan saja. Ya sudah kalau begitu, saya pulang," katanya.
Saat itu, pun Lurah Penjaringan Suranta dan Camat Penjaringan Abdul Khalit turut bersama Saefullah.
Namun, tiba-tiba ada segerombolan warga sambil menyerukan 'gusur-gusur'. Bahkan gerombolan warga pun semakin ramai.
Saefullah, pun menginstruksikan anak-anak buahnya mengecek gerakan massa tersebut.
"Setelah dicek ternyata, ada yang memberikan SP1. Surat itu infonya dikirim dari Gubernur, Wali Kota Jakarta Utara, dan Satpol PP yang beredar. Tapi, saya bilang, surat ini palsu," tegasnya.
Namun, dalam kericuhan tersebut, ia mengaku dirinya tidak sampai diamuk massa. Bahkan, ia pun berhasil kembali ke rumahnya menggunakan mobil dinasnya dengan selamat.
"Memang saya baik-baik saja. Lurah dan Camat juga selamat. Saya sampai rumah sekitar jam 1 pagi. Tapi ternyata saya dapat laporan tadi pagi, ada satu petugas Satpol PP yang terluka. Saya juga belum sempat tengokin," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Masjid Jami Keramat Luar Batang, Mansur Amin, mengatakan bahwa pada pertemuan dengan warga, Saefullah menegaskan, bahwa di kawasan Luar Batang, akan ada penggusuran, akan dibangun Plaza, akan dibangun jalan-jalan besar sebagai kesatuan dari Kota Tua sampai Luar Batang
"Saat itu, pengurus masjid, Ketua RW, Ketua RT,dan Warga yang mendengarnya kaget dan protes serta menolak, sambil menyampaikan bahwa soal urusan hukum pihak warga tidak akan memberikan jawaban. Sebab soal hukum sudah dikuasakan oleh pihak Profesor Yusril," katanya.
Hasil pertemuan pun, lanjut Mansur, tidak jelas dan warga merasa dibohongi oleh pemerintah DKI Jakarta.
Saat selesai rapat, Sekda menyampaikan keinginannya untuk meninjau Kampung Luar Batang dan ke Masjid keramat Luar Batang untuk memberikan bantuan uang sebesar Rp 1 milyar dan seragam bagi marbut.
"Tapi pengurus masjid menolak. Selain itu juga pengurus masjid, RT, RW dan Tokoh Masyarakat menyarankan agar Pak Sekda tidak datang ke Kampung Luar Batang dan juga ke Masjid mengingat sudah malam dan kondisi kampung sedang tegang paska penggusuran aquarium, di pasar ikan," katanya.
Lalu, selepas penolakan Ketua masjid, Ketua-ketua RW, Ketua-ketua RT, dan Tokoh Masyarakat, pergi meninggalkan Kecamatan dan melanjutkan pertemuan di Rumah Ketua RW 02.
"Tapi, rupanya tanpa sepengetahuan pengurus masjid dan RT, RW serta tokoh kasyarakat, Sekda nyelonong datang ke Kampung dan Masjid Luar Batang, yang pada saat itu ketua masjid, RT, RW dan tokoh masyarakat sedang melakukan pertemuan lanjutan di rumah Bapak Ketua RW 02," katanya.
Saefullah, datang ke Masjid Luar Batang sekira pukul 22.30. Warga yang melihat langsung bereaksi dan berupaya melakukan pengusiran terhadap Saefullah
Sementara, di tengah rapat Ketua Masjid, RT, RW dan tokoh masyarakat mendapat laporan terjadi ketegangan akibat kedatangan rombongan Sekda.
"Saat sampai di lokasi kondisi sudah memanas Pengurus Masjid dan RT, RW serta tokoh Masyarakat langsung mengamankan Sekda dan Rombongannya agar terhindar dari amuk massa yang lebih buruk," katanya.
Dengan adanya peristiwa tersebut perwakilan warga Luar Batang, menyesali tindakan Sekda yang tidak mengindahkan saran mereka.
Mereka menduga bersikerasnya Sekda tersebut, sudah by design agar ada legitimasi bagi Ahok untuk menyudutkan, mengintimidasi, atau menekan masyarakat luar batang dan bahkan mendatangkan pasukannya ke Luar Batang.
Penulis: Mohamad Yusuf