Nomor 2 di Dunia, Walau Kominfo Blokir Situs Porno
pencarian konten porno di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Yuliandre Darwis menilai Indonesia belum siap menerima metamorfosis media yang berubah bentuk seiring perkembangan teknologi yang sangat cepat.
Darwis mengungkapkan, terkait peredaran konten porno di dunia maya atau internet, Kementerian Komunikasi dan Informati sebenarnya telah memblokir situs-situs porno.
Akan tetapi, pencarian konten porno di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
"Tetapi itu tidak kuat ketika kita pahami survei 2014 yang menyatakan anak-anak yang dikatakan pemuda untuk mencari situs porno kita nomor tiga di dunia di luar China. 2015 sudah peringkat dua dunia," kata Darwis saat acara diskusi bertajuk 'Tragedi Yn Wajah Kita' di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (7/5/2016).
Darwis mengungkapkan tumbangnya situs-situs porno di Indonesia ternyata tidak berharti menghilangkan konten porno yang bisa diakses.
Buktinya kata dia, konten tersebut tetapi bisa dinikmati oleh masyarakat.
"Semakin semangat dihambat oleh regulator ternyata masih ada jalur-kalur yang bisa dikupas. Apakah itu youtube atau media sosial yang lain," kata dia.
Bercermin dari pengalaman tersebut, Darwis mengatakan negara harusnya tidak hanya memblokir situs-situs porno.
Pemerintah bisa menerapkan jangkar preventif yang rapi dari sebuah tata komunikasi.
Apalagi, kata Darwis, Kementerian Komunikasi dan Informatika memiliki infratruktur canggih Palapa Ring dari Sabang sampai Merauke.
"Tetapi apa yang terjadi? coba kita cek kasusnya Yn itu. Bukan hanya minuman alkohol tapi adanya dukungan yang menyatakan bahwa (pelaku) menyukai video pornografi," tukas Darwis.