Moeldoko Minta Kampus tak Kehilangan Sensitivitas
Kasus pemerkosaan yang dialami Yuyun di Rejang Lebong, Bengkulu membuat Mantan Panglima TNI Moeldoko langsung menunjukkan kepeduliannya.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus pemerkosaan yang dialami Yuyun di Rejang Lebong, Bengkulu membuat Mantan Panglima TNI Moeldoko langsung menunjukkan kepeduliannya.
Pria asal Kediri, Jawa Timur itu menginisiasi acara kemanusiaan bertajuk 40 Puisi Malam Untuk Adinda di Teater Kolam, FISIP UI, Depok, Rabu (11/5/2016) malam lalu.
Acara itu dibuat untuk mengenang kasus Yuyun memang sangat memprihatinkan. Seperti diketahui, Yuyun diperkosa 14 pria hingga akhirnya mengembuskan napas.
Moeldoko merasa perlu menggerakkan rekan-rekannya di Iluni UI untuk membuat acara itu. Sebab, banyak civitas akademika yang malah terlihat abai dengan kasus itu.
“Saya meminta masyarakat meningkatkan sensitivitas dalam melihat lingkungan seperti itu. Kita arus aware dan waspada karena saat ini situasinya sangat memprihatinkan. Saya mohon pada masyarakat Indonesia untuk betul-betul menjaga lingkungan dengan sebaiknya,” kata Moeldoko.
Menurut Moeldoko, kasus yang menimpa Yuyun adalah tragedi besar. “Karena itu, sudah seharusnya akademisi menunjukkan perhatian serius dan meningkatkan sensitivitasnya. UI harus di depan,” imbuh pria yang dikenal sangat tegas itu.
Moeldoko pun berharap agar para pelaku dijatuhi hukuman berat. Harapannya ialah muncul efek jera sehingga predator seksual anak tak lagi berani melakukan aksinya.
“Menurut saya hukumannya harus sekeras-kerasnya. Efek jeranya harus muncul. Tidak boleh dengan standar hukuman yang biasa. Kalau dibiarkan akan menjadi preseden yang sangat buruk ke depan,” kata Moeldoko.
Kasus yang menimpa Yuyun membuat Moeldoko teringat pada cucunya.
“Saya bisa merasakan karena saya sudah mulai punya cucu. Betapa mereka menjadi anak-anak yang takut menghadapi lingkungan. Ini tak boleh terjadi,” imbuhnya.
Menurut Moeldoko, kasus predator seksual pada anak di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Namun, dia melihat masyarakat Indonesia menganggap hal itu sebagai sebuah kejadian biasa.
“Kita pernah melihat betapa masyarakat India begitu marah terhadap kasus pemerkosaan. Tapi saya lihat di Indonesia sepertinya situasinya dianggap biasa,” tambahnya.
Terkait minuman keras, dia menilai bahwa upaya keras sudah dilakukan kepolisian dan pemerintah daerah. Namun, dia juga menyoroti peran lingkungan.
“Yang paling penting adalah bagaimana sebenarnya peran lingkungan. Peran lingkungan itu dimulai dari keluarga dari rumah dari lingkungan itu sendiri,
Tanpa didukung lingkungan juga tidak efektif,” kata ,"tambah Jenderal murah senyum namun tegas itu.
Hal senada diungkapkan Marcela Zalianty yang juga mengisi acara tersebut.
"Saya sebagai ibu dan perempuan saya sangat prihatin, kecewa dan sedih atas terjadinya pada saudara kita. Hari ini saya sangat mengapresiasi perhatian khusus Pak Moeldoko dan UI,” katanya.
Dia mengaku berusaha keras datang ke acara itu meski tengah memiliki kesibukan padat dan sempat terjebak kemacetan. Sebab, dia merasa gerakan seperti itu memang sangat diperlukan.
“Kita tidak ingin anak-anak kita ketakutan. Tapi juga lahir sikap yang memang betul-betul tegas dan memberi efek jera,” tambahnya.
“Saya setuju hukum kebiri untuk kejahatan seperti ini. Mereka harus menanggung seumur hidupnya. Saya berharap dari kasus ini tidak muncul Yuyun yang lain. Saya yakin banyak kasus yang tidak terungkap. Banyak juga yang menjadi korabn namun tak berani bersuara,” imbuhnya.
Di sisi lain, acara itu juga sempat diselipi lelang lukisan yang merupakan ekspresi anak-anak yang tak berani bersuara. Uang hasil lelang sepenuhnya diberikan pada keluarga Yuyun.