'Misteri Pembunuhan Mirna Jadi Kasus Paling Rumit'
Krishna Murti menyebut kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan tersangka Jessica Kumala Wongso sebagai kasus paling rumit
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti menyebut kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan tersangka Jessica Kumala Wongso sebagai kasus paling rumit yang ditanganinya.
Hal itu dia sampaikan dalam tayangan LINE CAST "Fighting crime with Krishna Murti" di akun official LINE Indonesia, Kamis (12/5/2016) malam.
"Paling rumit nunggu proses kasus tewasnya wanita di kafe, yang di mal siang hari, di-bold paling top dan kemudian masuk media sosial, menjadi atensi publik dan terduga pelakunya jadi polemik," ujar Krishna.
Menurut dia, kasus pembunuhan Mirna, jika tidak terungkap dapat menimbulkan kekhawatiran banyak orang. Persepsi publik jadi tidak terkontrol dan akhirnya menimbulkan ketakutan.
"Kami secara profesional harus mengungkap itu. Kalau tidak terungkap, orang takut minum kopi, takut sama temannya, takut ke mal. Kalau itu terungkap Insya Allah bisa menghilangkan kekhawatiran publik," kata dia.
Bagi Krishna, perjalanan mengungkap kasus itu juga cukup panjang. Tapi saat ini dia belum bisa membukanya untuk publik.
"Sekarang prosesnya berbelit dan saya belum bisa mengungkap kasusnya secara terang benderang. Mudah-mudahan di pengadilan kita bisa ungkap secara terang. Itu agak complicated ya," tutur Krishna.
Hingga Senin (9/5/2016), Polda Metro Jaya telah empat kali melimpahkan berkas perkara pembunuhan Mirna ke Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Pelimpahan berkas perkara tersebut dilakukan setelah penyidik menambahkan lagi keterangan dari saksi ahli toksikologi sesuai dengan apa yang diminta oleh kejaksaan.
Polda Metro Jaya kali pertama melimpahkan berkas perkara itu kepada Kejati DKI Jakarta pada 18 Februari 2016. Kemudian, pada 24 Februari, Kejati DKI Jakarta menyatakan telah mengembalikan berkas perkara itu kepada tim Polda Metro Jaya.
Ketika itu, pihak Kejati DKI Jakarta menyertakan sejumlah petunjuk untuk dilengkapi tim penyidik Polda Metro Jaya. Pada 22 Maret, Polda Metro Jaya kembali mengirimkan berkas perkara itu ke Kejati DKI.
Salah satu bukti yang ditambahkan dalam berkas tersebut adalah hasil penyelidikan tim Polda Metro Jaya ke Australia. Namun, berkas perkara itu dikembalikan lagi ke Polda Metro Jaya karena dinilai belum juga lengkap.
Pada 4 April, pihak Kejati DKI Jakarta mengembalikan lagi berkas perkara Jessica itu. Dalam berkas tersebut, Kejati DKI menemukan adanya sejumlah kekurangan, baik keterangan saksi maupun ahli.
Jumat, 22 April 2016, akhirnya penyidik melimpahkan lagi berkas perkara tersebut untuk ketiga kalinya ke Kejati DKI. Namun, Kejati DKI lagi-lagi mengembalikan berkas perkara tersebut ke penyidik.
Polda Metro Jaya kemudian memperpanjang masa penahanan Jessica selama 30 hari terhitung dari tanggal 28 April 2016. Dengan demikian, dalam waktu 30 hari tersebut, Polda Metro Jaya harus melengkapi berkas perkara kematian Mirna. Jika tidak, Jessica harus dilepaskan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.(Nursita Sari/Kompas.com)