Warga Perlakukan Keluarga Guru Cabul Seperti Biasa
Sebab di mata tetangga, JS orang yang ramah sehingga tak mencerminkan ada perilaku aneh terhadapnya.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Meski telah berbuat cabul terhadap 10 bocah laki-laki di permukimannya, namun sejumlah tetangga JS (52) di Perumahan Mutiara Gading Timur, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi mengaku prihatin.
Rasa prihatin warga terutama ditujukan pada istri pelaku dan ketiga anaknya.
"Kasihan istri dan anaknya, mereka kan nggak tahu apa-apa jadi kena masalah seperti ini," ujar Iwan (57) salah seorang tetangga JS saat ditemui Warta Kota pada Senin (23/5/2016).
Iwan menuturkan, awalnya warga perumahan tak percaya dengan perbuatan memalukan itu.
Sebab di mata tetangga, JS orang yang ramah sehingga tak mencerminkan ada perilaku aneh terhadapnya.
Apalagi di SMA Negeri daerah Jakarta Timur, JS berprofesi sebagai guru agama dan berpendidikan Sarjana Pendidikan (Spd).
"Saya sering ngobrol dan berkebun bersama di lahan kosong dekat rumahnya, selama ini sih dia tidak pernah ada gelagat menyimpang itu," ungkap Iwan.
Iwan pun menyayangkan dengan kejadian itu. Apalagi insiden memalukan itu terjadi dua-tiga tahun silam.
Adapun kasus ini terungkap ketika sejumlah ibu di perumahan terkejut dengan perilaku anaknya. Mereka memeragakan adegan yang pernah dilakukan pelaku terhadap korbannya.
Bak disambar petir di siang bolong, ibu-ibu di sana mendesak anaknya untuk memberitahu dalang yang mengajarkan adegan itu.
Para bocah pun kompak, mereka tahu adegan tersebut dari JS.
Mulyati (52) tetangga lainnya, menambahkan sebetulnya ada juga warga yang geram dengan ulahnya.
Mereka yang jengkel terutama orangtua korban yang pernah dilecehkan JS.
Namun demikian, kata Mulyati, warga masih berbaik hati dengan tidak mengusir pelaku beserta keluarganya dari perumahan.
"Untungnya warga perumahan di sini tidak arogan, mungkin kalau ini kawasan kampung rumahnya sudah dibakar atau dia sekeluarga dipaksa pindah rumah," ujar Mulyati.
Menurutnya, tak ada perubahan sikap keluarga pelaku setelah JS ditangkap polisi pada Jumat (20/5) lalu.
Keluarga pelaku, kata Mulyati, tetap bersosialisasi dengan para tetangga seperti biasanya.
"Istrinya suka ada di teras rumah kalau sore, tapi kalau siang seperti ini kayaknya nggak ada. Rumahnya sepi," kata Mulyati.
"Tapi kalau didatangi wartawan, dia nggak akan mau bicara karena masih syok," tambahnya.
Kepala Bidang pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Kota Bekasi,
Mini Aminah menyatakan, pihaknya sedang berkoordinasi dengan aparatur kelurahan dan kecamatan setempat untuk meninjau ke lokasi.
Menurut dia, seluruh korban pelecehan seksual yang dilakukan tersangka perlu diberi bimbingan konseling untuk meringankan beban psikologi.
"Kita ada dua tenaga ahli di bidang psikologi. Nanti mereka akan kami kerahkan ke lokasi," kata Mini.
Mini mengungkapkan, dua tenaga ahli itu hanya bisa menangani korban yang mengalami trauma ringan.
Bila ada korban dengan keluhan trauma berat, maka akan dibawa ke ahli psikologi di Universitas Islam'45 (Unisma) Bekasi.
"Kita sudah menjalin kerjasama dengan Unisma, sehingga bila ada kasus yang mengguncang psikologi anak bisa langsung ditangani," ujar Mini.
Pasca insiden memalukan ini, Mini berjanji akan memperkuat peran satuan tugas (satgas) perlindungan anak di tiap RT di Kota Bekasi.
Sebab dia menilai dari total 7.200 satgas perlindungan anak, yang berperan aktif hanya setengahnya atau sekitar 3.500 satgas.
Mereka yang tidak aktif karena statusnya sebagai karyawan perusahaan, jadi mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di tempat kerja.
"Ke depan akan kita evaluasi anggota satgas dan pertajam tugasnya di lapangan," tambah Mini.
Mini berdalih, sejauh ini satgas itu sudah berjalan dengan baik. Sebagai tenaga yang diberdayakan oleh kelurahan setempat, mereka sudah terbiasa memberikan sosialisasi terhadap perlindungan anak dan segala macam bahaya yang bisa merenggut masa depan anak. (Fitriyandi Al Fajri)