Banyak Orang Jakarta Pesan Makam Padahal Masih Hidup, Ini Alasannya
Makam fiktif di DKI Jakarta terjadi karena adanya orang yang memesan petak makam sebelum mereka meninggal.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Makam fiktif di DKI Jakarta terjadi karena adanya orang yang memesan petak makam sebelum mereka meninggal.
Makam itu dipesan untuk digunakan saat pemesan atau kerabatnya meninggal.
Menurut Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta Djafar Muchlisin, makam fiktif semacam ini muncul karena adanya kekhawatiran warga tidak kebagian lahan saat mereka meninggal kelak.
"Karena ada kekhawatiran kehabisan lahan makam," ujar Djafar di TPU Kawi-kawi, Johar Baru, Jakarta Pusat, Senin (25/7/2016).
Baca Juga : Wagub Djarot Larang Warga DKI Pesan Makam Sebelum Meninggal Dunia
Kepala Bidang TPU Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta Siti Hasni mengatakan, kesediaan lahan pemakaman, khususnya di Jakarta Pusat, tidak seimbang dengan tingginya kebutuhan makam bagi orang yang meninggal.
"Karena kebutuhan petak makam sangat tinggi, terus seperti Kawi-kawi ini sangat terbatas. Warga di sekitar Jakarta Pusat penginnya Kawi-kawi atau Karet Bivak. Padahal sebenarnya (Kawi-kawi) itu sudah kurang memadai," kata Hasni.
Selain itu, menurut dia, ada kecenderungan orang ingin dimakamkan dekat dengan makam keluarganya ketika meninggal.
Oleh karena itu, mereka memesan lahan makam sebelum meninggal. Bahkan, posisi lahan makam yang harus berdempetan dengan makam lain pun tidak menjadi masalah.
"Kadang-kadang masyarakat ada saudaranya (dimakamkan) di situ, jadi dempet-dempetan di situ," ucap dia.
Hasni pun mengimbau masyarakat agar memahami bahwa setiap orang yang meninggal tidak harus selalu dimakamkan dekat dengan keluarganya yang sudah meninggal terlebih dahulu demi memadainya lahan makam dan tidak kembali muncul makam fiktif.
"Seharusnya bisa kami arahkan ke Tegal Alur, Pondok Ranggon. Ketika petugas kami mengarahkan, seharusnya masyarakat bisa memahami itu," tutur Hasni.
Penulis : Nursita Sari