Curahan Hati Penjual Bendera: Indonesia Harus Lebih Baik Lagi
Mencari nafkah apa saja, yang terpenting halal dan bisa menafkahi keluarga di kampung
Editor: Rachmat Hidayat
Laporan wartawan magang, Franz Dian
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Mencari nafkah apa saja, yang terpenting halal dan bisa menafkahi keluarga di kampung. Namanya Asep Ganjar, ia kini melakoni profesi musiman, sebagai penjual bendera di Ibu Kota Jakarta. Lelaki asal Garut ini sejak beberapa hari lalu mangkal di salah satu sudut jalan di Jakarta.
Asep profesinya sebelumnya adalah sopir bis mini tujuan Garut-Terminal Bus Leuwi Panjang, Bandung. .
Pria 29 tahun itu mengaku pendapatannya sebagai supir di Garut sangat sulit untuk mecukupi kebutuhan istri dan ke tiga anaknya. Ia hanya diupah lima puluh ribu sehari sebagai sopir.
Sang istri tercinta di kampung, ikut membantu mencari nafkah, berforefesi sebagai pambantu rumah tangga.
Menjadi penjual bendera, meski musiman, Asep berharap bisa mendapatkan rejeki lebih. Meski tidak menentu, pendapatan yang ia peroleh dari penjualan bendera bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.
Ia bertutur, sebagai penjual bendera, dalam satu waktu ia kerap mendapat rejeki minimal Rp 200 ribu. Meski, pernah juga bendera yang ia jajakan, tak laku terjual.
"Ini kan profesi sementara. Setelah 17-an balik lagi ke kampung," ujar Asep yang ditemui saat mangkal di daerah Pal Merah, Jakarta Barat.
Penuh harap, Asep kemudian berujar, usia kemerdekaan Indonesia yang ke 71, seharusnya bisa mensejahterakan rakyatnya. Yang paling diharapkan bagi mereka yang senasib dengannya adalah mudah mendapat kerjaan.
"Indonesia harus lebih baik lagi. Dan rejeki yang saya dapat juga semoga lebih baik lagi, " Asep sumringah penuh harap, meski terik matahari begitu menyengat ketika itu.