Menguak PSK Timur Tengah di Kawasan Puncak Bogor
Di kelilingi bukit-bukit dan berhawa sejuk, kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, menjadi salah satu primadona lokasi wisata bagi masyarakat.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Di kelilingi bukit-bukit dan berhawa sejuk, kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, menjadi salah satu primadona lokasi wisata bagi masyarakat.
Jarak yang tak jauh dari pusat ibu kota negara, menjadikan Puncak sebagai alternatif tempat liburan warga Jakarta dan sekitarnya. Tak heran jika akhir pekan banyak masyarakat memilih Puncak untuk menghabiskan masa libur bersama keluarga.
Namun di sisi lain, ternyata kawasan Puncak pun menyimpan cerita tentang pekerja seks komersial (PSK) asal Timur Tengah atau lebih dikenal dengan sebutan magribi.
Cukup sulit menelisik lebih dalam soal keberadaan magribi di kawasan Puncak. Sebab, dalam melakukan praktik prostitusinya, mereka sangat tertutup dan teroganisir.
Bahkan, diduga banyak oknum yang bermain sehingga kehadiran mereka sulit diberantas.
Kasus teranyar, Sabtu (13/8/2016), Kantor Imigrasi Kelas I Bogor menahan lima perempuan asal Maroko yang diduga berprofesi sebagai pekerja seks komersial dan seorang mucikari.
Mereka diamankan di dua lokasi berbeda yaitu di sebuah villa di Ciburial dan di daerah Batulayang.
Kepala Pengawas dan Penindakan Kantor Imigrasi Kelas I Bogor Arief Hazairin Sutoto menjelaskan, penangkapan lima pekerja seks dan seorang pria diduga mucikari itu dilakukan setelah pihaknya melakukan penyelidikan sejak dua pekan lalu.
Arief menyebutkan, tidak mudah untuk menentukan apakah mereka memang hanya turis atau PSK. Perlu penyelidikan lebih dalam untuk memastikannya.
Para perempuan tersebut hanya mau melayani tamu dari Timur Tengah saja dan menolak tamu lokal.
"Kita kan perlu bukti juga. Kita gali informasi, kita lakukan penyelidikan. Sampai akhirnya kita tangkap mereka dan diduga mereka ini yang disebut magribi (PSK asal Maroko) itu," jelas Arief, Selasa (16/8/2016).
Sering ke Puncak
Lima perempuan warga negara Maroko yang diduga menjadi PSK di kawasan Puncak, Bogor, diketahui sudah beberapa kali mengunjungi Indonesia.
Mereka tiba di Indonesia secara legal melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten. Namun, dari lima perempuan tersebut hanya dua orang yang memiliki paspor.
“Tetapi berdasarkan hasil pemeriksaan, mereka lebih dari empat kali mengunjungi Indonesia dalam dua tahun terakhir.Hal itu berdasarkan tiket pemesanan pesawat dan tanda bukti transfer sejumlah uang ke keluarganya di Maroko,” ucap Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Bogor Herman Lukman.
Salah satu perempuan yang diamankan, Rachida Annida, diketahui sudah lebih dari 3 kali ke Puncak, Bogor.
Rachida diketahui sudah berkunjung ke Indonesia sebanyak 6 Kali dengan rata-rata kunjungan selama dua minggu hingga sebulan lamanya.
"Selain sudah hafal dengan kondisi di Puncak, para perempuan asal Maroko ini juga tahu apa yang harus dikerjakan. Untuk sekali bertemu, mereka mendapatkan uang jasa Rp 3 juta untuk beberapa jam kencan," tutur Herman.
Akhir 2014 lalu, Kantor Imigrasi Kelas I Bogor juga pernah mengamankan 19 perempuan yang diduga berprofesi sebagai pekerja seks komersial di sebuah vila di Ciburial, Cisarua.
Selanjutnya, Februari 2015, perempuan-perempuan tersebut dideportasi ke negara asalnya oleh Direktorat Jenderal Penindakan Kementerian Hukum dan HAM Indonesia.
Penulis : Kontributor Bogor, Ramdhan Triyadi Bempah