837 Titik Kemacetan di Jakarta
Saat ini di wilayah Jakarta terdapat 837 titik kemacetan disebabkan karena kurangnya petugas Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini di wilayah Jakarta terdapat 837 titik kemacetan disebabkan karena kurangnya petugas Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta.
Beberapa faktor kemacetan di Jakarta, disebabkan oleh terus bertambahnya jumlah kendaraan pribadi yang tidak sebanding dengan jumlah jalan, banyaknya parkir liar, angkutan umum yang berhenti sembarang dan putaran arah yang tidak dijaga.
Kepala Dishubtrans Jakarta, Andri Yansyah mengatakan untuk mengatasi hal tersebut pihaknya terkendala minimnya petugas di lapangan.
Saat ini, petugas Dishub di lapangan berjumlah 1.131 orang yang dibagi dua shift. Sedangkan, untuk menjaga putaran arah atau u-turn yang berjumlah 421 titik saja, Dishubtrans membutuhkan sedikitnya 1.684 personel.
"Jumlah titik kemacetan diluar u-turn ada 416, baik itu parkir liar atau berhentinya angkutan umum sembarang tempat. Total titik kemacetan ada 837. Saat ini baru 141 titik yang tercover, masing-masing titik dijaga 2 sampai 3 orang," ujar Andri di DPRD DKI, Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2016).
Selain terus berupaya menambah petugas dengan merekrut pekerja kontrak waktu tertentu lantaran memiliki potensi pemanfaat aset daerah yang memiliki pendapatan cukup besar, pihaknya saat ini terus berupaya untuk mempercepat terlaksananya Pola Transportasi Makro.
PTM terbagi 3 program, yakni perbaikan dan penambahan transportasi massal yang saling terintegrasi, penambahan ruas jalan dan pembatasan kendaraan.
Perbaikan dan penambahan transportasi massal yang saling terintegrasi sedang dilakukan, baik revitalisasi angkutan umum Bus Rapid Transit (BRT) ataupun non BRT, pembangunan Mass Rapid Transit (MRT), dan Light Rail Transit (LRT).
Kemudian, untuk penambahan ruas jalan, pihaknya dibantu Dinas Bina Marga sedang melakukan pembangunan jalan layang TransJakarta Ciledug-Tendean, pembangunan simpang susun Semanggi dan sebagainya.
Lalu untuk pembatasan, pihaknya saat ini sedang melelang Elektronik Road Pricing (ERP), parkir mesin dan penerapan sistem ganjil genap.
Andri optimistis bila semuanya akan selesai berbarengan pada 2018 dan membuat kemacetan berkurang dan kecepatan rata-rata bisa mencapai batas ideal rata-rata 35 kilometer perjam.
"Penanganannya membutuhkan waktu. Dalam waktu dekat ini kami hanya bisa mengandalkan petugas di lapangan untuk mengurai kemacetan," kata Andri.