Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dokter Sebut Hani Panik Akan Bernasib Sama Seperti Mirna Saat di RS Abdi Waluyo

Boen Juwita alias Hani sempat panik saat berada di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Rabu (6/1/2016) silam.

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Dokter Sebut Hani Panik Akan Bernasib Sama Seperti Mirna Saat di RS Abdi Waluyo
Kompas.com/ Kahfi Dirga Cahya
Hani alias Boon Juwita di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (13/7/2016). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Boen Juwita alias Hani sempat panik saat berada di RS Abdi Waluyo, Rabu (6/1/2016) silam.

Ini karena Hani sempat menenggak es kopi Vietnam yang membuat Wayan Mirna Salihin tewas.

"Dia panik dan tanya, saya bisa mati juga enggak, dok? Karena dia mengaku minum di gelas yang sama," kata Dokter Umum Emergency RS Abdi Waluyo, Ardianto saat memberikan kesaksian di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (28/8/2016).

Hal tersebut diungkapkan Ardianto dalam persidangan kasus pembunuhan Mirna di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (29/8/2016).

Menurut dia, saat itu Hani berpikir karena sempat minum es kopi Vietnam yang sama dengan Mirna, dirinya pun akan bernasib sama.

Untuk memastikan kondisi kesehatan Hani, Ardianto memeriksa teman Mirna itu.

Berita Rekomendasi

Dia meminta perawat mengecek darah dan nadi.

Hasilnya semua normal.

"Ternyata tidak terjadi apa-apa. Saya menyarankan Hani makan dan minum dulu. Dia tidak mengeluh apa-apa, hanya panik dan komentar," katanya.

Tak ada busa

Dua dokter umum Emergency Rumah Sakit (RS) Abdi Waluyo, bersaksi dalam sidang kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (29/8/2016).

Dua dokter yang menangani Mirna saat itu bernama Prima Yudo dan Ardianto,

Prima Yudo merupakan dokter pertama yang menangani Mirna setelah tiba di RS Abdi Waluyo, Rabu (6/1/2016).

Mirna tiba di rumah sakit sekitar pukul 18.00 WIB.

Ketika tiba di sana, Prima mengaku tak melihat korban datang bersama siapa saja.

Mirna pun sempat mendapat penanganan medis.

Pada saat melihat Mirna untuk pertama kali, kata dia, saudara kembar Sandy Salihin itu sudah tidak bernyawa saat dibawa ke rumah sakit.

Saat dibawa ke tempatnya, pupil mata Mirna sudah tidak ada.

"Pupil tidak ada tanda cahaya, tidak ada respon. Bibir sudah pucat. Dia meninggal dalam perjalanan. Saat diperiksa denyut jantung dan nafas sudah tidak ada," ujar Prima, Senin (29/8/2016).

Prima memasang infus dan alat pacu jantung.

Sekitar 15 menit dokter melakulan penanganan.

Mereka melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP), karena RJP itu sudah sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).

Usai dipacu jantung, Mirna tak mengalami tanda-tanda membaik.

Tak ada respon dari tubuh Mirna.

Tim dokter menyatakan korban meninggal dunia pada pukul 18.30 WIB.

Jelasnya, infus pun tidak bisa dipasang ke tubuh Mirna karena tidak bisa mengalir.

"Jadi dia sudah meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Saat diperiksa, denyut jantung dan napas sudah tidak ada lagi," kata dia.

Prima hanya memeriksa keadaan awal, lalu, dia kembali menangani pasien yang sebelumnya sedang ditangani.

Setelah itu Mirna ditangani dokter Ardianto.

"Tak ada busa dari wajah korban. Yang jelas wajah pucat," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas