Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mirna Tewas Bukan Karena Sianida?

Dia duduk di kursi barisan depan bersama kerabatnya.Imelda memperhatikan anaknya yang duduk di kursi pesakitan.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Mirna Tewas Bukan Karena Sianida?
Harian Warta Kota/henry lopulalan
SAKSI -Terdakwa kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin, Jessica Kumala Wongso ketika menjalani sidang lanjutan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jalan Bunggur Raya, Jakarta Pusat, Kamis (1/9). Sidang tersebut menghadirkan dan mendengarkan keterangan dua saksi ahli yakni Ahli Kriminologi Ronny Rasman Nitibaskara dan Ahli Psikologi Sarlito Wirawan Sarwono. Warta Kota/henry lopulalan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Imelda Wongso, ibu kandung Jessica Kumala Wongso, menghadiri sidang anaknya di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Senin kemarin.

Setelah sempat meninggalkan gedung PN Jakarta Pusat, dia kembali ke tempat itu.

Dia duduk di kursi barisan depan bersama kerabatnya.Imelda memperhatikan anaknya yang duduk di kursi pesakitan. Melihat anaknya yang berada hanya beberapa meter di depan, Imelda sempat meneteskan air mata.

Salah seorang kerabat memberi tisu untuk Imelda lalu pundaknya ditepuk beberapa kali oleh kerabatnya agar tetap tenang dan sabar.Ketika sidang dimulai, majelis hakim mempersilakan Jessica masuk ke ruang sidang dan duduk di kursi terdakwa.

"Terdakwa sehat? Bisa mengikuti persidangan hari ini?" tanya Ketua Majelis Hakim Kisworo kepada Jessica.

"Sehat walafiat, Yang Mulia. Saya siap jalani sidang hari ini," jawab Jessica.

Ahli Patologi Forensik dari Australia Beng Beng Ong mengungkap gejala umum seorang terkena zat sianida. Dia menjelaskan, gejala umum yang ditunjukkan seseorang terkena racun sianida adalah mual, muntah, dan kesulitan bernafas.

Apabila dosis tinggi, seseorang akan kejang-kejang dan meninggal dunia.

Berita Rekomendasi

"Kecepatan seseorang meninggal ketika terkena racun sianida itu, tergantung cara masuknya," ujar Beng Beng Ong.

Apabila sianida berbentuk gas masuk ke tubuh, kata dia, maka akan lebih cepat membunuh seseorang. Ini karena gas sianida akan masuk ke dalam paru-paru sehingga menghambat saluran pernafasan.

Namun, apabila racun sianida masuk ke tubuh melalui mulut, maka kecepatan meninggal korban lebih lama.Ini karena racun itu harus masuk terlebih dahulu ke lambung.

Setelah racun diserap usus, maka akan masuk ke darah, lalu, akan dinetralisir oleh hati.

Apabila jumlah dosis tinggi, maka hati tidak bisa menetralisir secara sempurna, serta racun akan masuk ke dalam jantung.Dari jantung, racun sianida akan disebarkan ke seluruh tubuh.

"Ini mengapa efek racun sedikit lebih lambat," tambahnya.

Bukan karena Sianida

Beng Beng Ong juga mengatakan zat sianida yang masuk ke mulut butuh waktu sekitar 30 menit untuk bereaksi. Sehingga, dia tak berani menyimpulkan kejang-kejang yang dialami Wayan Mirna Salihin karena sianida.

Seperti diketahui, di rekaman CCTV Kafe Olivier Grand Indonesia, Rabu (6/1) silam Mirna terlihat kejang-kejang tak sampai lima menit setelah minum es Kopi Vietnam."Mesti ada pemeriksaan kalau kolaps dalam waktu lima menit saya tidak bisa simpulkan kena sianida," ujar Beng Beng Ong.

Dia mempertimbangkan ada penyebab lain sehingga Mirna kejang-kejang. Penyebab lain itu dapat berupa penyakit yang diderita anak Edi Darmawan Salihin tersebut.

"Saya akan mempertimbangkan penyebab lain, termasuk penyakit yang ada di tubuh secara alami," kata dia.

Menurut dia, pada umumnya efek sianida relatif lebih lambat apabila masuk lewat mulut. Ini tergantung dosis, apabila dosis lebih banyak yang masuk, maka akan lebih cepat bereaksi.

Efek sianida, justru relatif lebih cepat jika terhirup. Sebab, sianida akan langsung menuju paru-paru, apalagi, dosis tinggi.

"Dalam kasus ini mengacu pada dosis sianida. Biasanya diikuti munculnya efek klinis dalam waktu 30 menit. Akan menyebabkan kematian cukup cepat," kata Ahli dari Universitas Queensland di Australia itu.

Beng Beng Ong juga menyayangkan ciri-ciri seseorang keracunan sianida tidak dijelaskan di berita acara pemeriksaan (BAP) kasus kematian Wayan Mirna Salihin.Dia menjelaskan, seseorang keracunan sianida akan mengalami perubahan warna kulit.

Selain itu, sianida memiliki sifat korosif. Oleh karena itu, seseorang terpapar racun mengalami pengikisan di lambung.

"Warna kulit menjadi merah terang dan kalau kami lihat lapisan lambung dalam mikroskop, akan tampak ciri-ciri tertentu yang disebut vakuolasi sel basal," kata Beng.

Di kesempatan itu, dia menunjukkan slide show gambar ciri-ciri pengikisan di lambung. Gambar itu berasal dari jurnal tentang sianida yang pernah ditulis.

Menurut dia, di kasus keracunan sianida, beberapa dari sel itu akan kehilangan pewarnaan. Ini dikenal dengan istilah vakuolasi sel basal.

"Anda bisa lihat sel di sini, ada sel berwarna abu-abu, ini yang disebut pewarnaan. Tetapi sel di sini yang ditunjukkan dengan laser, sel itu tidak ada pewarnaan," kata dia.

Gambar itu merupakan ciri khas pengikisan lambung yang diakibatkan keracunan sianida. Namun, dia menyayangkan, ciri-ciri itu tak diuraikan dari hasil pemeriksaan lambung Mirna.

Selain memperlihatkan gambar pengikisan lambung karena sianida, dia memberitahukan mengenai seseorang menelan sianida dalam bentuk seperti garam, maka zat sianida itu akan menguap menjadi hidrogen.

"Hidrogen sianida itu yang menjadi gas beracun. Gas ini dijelaskan memiliki bau kayak kacang almond pahit," ujarnya.

Namun, ciri-ciri seseorang keracunan sianida ini tidak dijelaskan dalam berita acara pemeriksaan (BAP) kasus kematian Mirna.

"Semua temuan ini, yakni warna kulit merah terang, pengikisan pada lapisan lambung yang menunjukkan vakuolasi, dan bau kacang almond pahit tidak dijumpai di laporan postmortem atau pasca-kematian," katanya.

Fakta Baru Sidang Jessica

Pengacara terdakwa Jessica Kumala Wongso, Otto Hasibuan mengklaim pihaknya menemukan fakta baru dalam perkembangan sidang kasus kopi bersianida.

"Ya, saya bersyukur kepada Tuhan karena saya juga menemukan kejutan luar biasa," ujar Otto.

Dalam sidang tersebut, pihak Jessica menghadirkan saksi ahli patologi forensik dari Australia, Beng Beng Ong. Menampakkan wajah semringah, Otto mengatakan dirinya telah menunggu momen tersebut sejak sidang digelar pertama kali.

"18 kali sidang, kita memang menunggu-nunggu ini dan ketika sebelumnya sidang berbicara yang lain-lain, kita bisa tahu sekarang ternyata tidak ada sianida di dalam lambung korban (Mirna)," katanya.

Menurutnya, hasil tersebut seharusnya memastikan kasus Jessica tidak dilanjutkan."Jadi kalau misalnya negatif, sebenarnya ini nggak ada kasus, kalau sudah tidak ada sianida ya, tidak boleh lagi dibawa ke pengadilan," jelasnya.

Pengacara yang pernah menangani kasus Akil Mochtar tersebut tampak ingin membuktikan spekulasi publik mengenai Jessica selama ini tidak benar.

"Selama ini kan selalu dikatakan, kalau bukan Jessica ya siapa lagi? saya selalu bilang, jangan begitu dong, tanya dulu apakah ada sianida," katanya.

Lebih lanjut, ia mengatakan hari ini fakta baru terungkap dari kesaksian ahli patologi forensik. "Hari ini kita buktikan, sianida sungguh ternyata tidak ada, jadi kalau sianida tidak ada, ya sudahlah mau apalagi kita cerita," katanya.(fitri wulandari/glery lazuardi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas