Bernyanyi hingga Pimpin Rapat demi Pangeran Cikeas
Sejak putranya mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) semakin rajin turun gunung.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak putranya mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) semakin rajin turun gunung.
Tak hanya di hari kerja, di hari Minggu pun SBY juga turun ke jalanan demi menggaungkan nama putranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) agar dapat merebut kursi nomor 1 di DKI Jakarta.
Kemunculan SBY pertamakali di hadapan publik saat mendeklarasikan Agus Harimurti yang diduetkan dengan Sylviana Murni pada 23 September lalu atau di hari terakhir pendaftaran cagub-cawagub DKI Jakarta di Wisma Proklamasi.
Setelah turun gunung di hari pertama, SBY kian sering muncul di hadapan publik demi putranya agar dapat mengalahkan petahana, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Minggu, 2 Oktober pagi lalu, SBY bersama Ibu Ani Yudhoyono ikut berlari pagi bersama Sang Pangeran Cikeas di car free day Jl Sudirman-Thamrin Jakarta. Tak hanya berlari, SBY langsung mendatangi acara pameran batik di depan halaman Mal Sarinah. Di Mal yang didirikan Bung Karno itu, SBY, lantas bernyanyi.
Ratusan orang yang awalnya hanya melihat dari kejauhan akhirnya berkumpul di depan Mal Sarinah menyaksikan SBY bernyanyi ditemani istri, anak, hingga menantu.Seperti ketika masih menjabat Presiden RI, SBY lantas menyanyikan lagu Jamrud berjudul Ada Pelangi di Matamu.
Melihat makin banyak warga berdatangan, Bu Ani pun dengan semangat ikut bernyanyi bersama SBY. Agus dan istri, Annisa Pohan pun hanya menyaksikan kedua orangtuanya tampil mesra.
Kian hari, kini SBY kian rajin turun gunung. Saat acara AHY Meet The Press di Resto Bistro Raffles Hills Cibubur, Depok, hari Senin (3/10). SBY pun hadir. SBY hadir bukan untuk mendampingi Sang Pangerannya, melainkan untuk memimpin konsolidasi internal Partai Demokrat demi pemenangan Agus-Sylvi.
Sesudah memimpin konsolidasi, SBY didampingi Ibu Ani langsung bertolak meninggalkan lokasi pertemuan seraya mengatakan bahwa saat ini Agus lah yang menjadi bintang politik, bukan dirinya."Sekarang bintangnya AHY, kalau SBY cuma pangsiunan (pensiunan)," ujar SBY sambil tersenyum.
Rabu (6/10), lagi-lagi SBY turun gunung demi Agus-Sylvi. SBY kembali menghadiri acara konsolidasi pengurus Partai Demokrat dan relawan Agus-Sylvi di Is Plaza, Matraman, Jakarta Timur.
SBY tiba di Is Plaza bersama Ibu Ani beserta putra bungsunya, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas. Seperti kebiasaan SBY sekarang, ia hanya memimpin konsolidasi namun enggan berkomentar. "Jangan saya, AHY (Agus Harimurti Yudhoyono), saya pensiunan," ucap SBY.
Usai pertemuan, Agus Yudhoyono lagi-lagi yang diberi kesempatan SBY untuk berbicara ke para jurnalis. Agus mengatakan, SBY berpesan agar Agus-Sylvi berserta tim pemenangan berpolitik secara beretika.
"Arahan dari Ketua Umum buat kami berdua tentunya mengajak seluruh kader dan relawan untuk bersama-sama kami berjuang dengan cara-cara yang baik, beretika, menghindari segala bentuk politik yang tidak beretika apalagi sampai melancarkan fitnah dan black campaign," kata Agus.
Agus mengaku sudah memiliki sejumlah strategi untuk memenangkan Pilgub DKI Jakarta. "Tentu kami pada akhirnya nanti akan jelaskan kepada warga Jakarta, mengapa kami menjadi salah satu alternatif didalam konstetasi Pilgub ini. Tentunya kita menginginkan berharap Jakarta betul-betul semakin baik," ujarnya.
Agus Ditelepon SBY
Dalam acara di Cibubur beberapa hari lalu, Agus Harimurti bercerita bagaimana awalnya ia dicalonkan menjadi cagub DKI. Sehari sebelum batas akhir pendaftaran calon peserta pilkada DKI ke KPU DKI, Agus ditelepon SBY.
Agus dihubungi SBY pada 22 September 2016 ketika sedang berada di Darwin, Australia dalam rangka latihan pasukan TNI Angkatan Darat dengan pasukan AD Australia. SBY menyampaikan mengenai situasi perkembangan politik di Pilkada DKI.
Kata Agus, SBY menyebut ada tiga partai politik yakni PPP, PKB, dan PAN, termasuk Demokrat sepakat untuk bersatu mengusung dirinya di Pilkada DKI. "Dari kawan-kawan partai politik bersepakat mereka ingin bersatu dan mencalonkan kamu sebagai calon gubernur, saya terdiam ketika itu.
SBY berpesan agar Agus berpikir matang mengenai hal itu sebelum memutuskan apakah setuju atau tidak. SBY juga menyampaikan konsekuensinya. Namun, Agus tidak punya banyak waktu untuk memikirkan."Tapi untungnya kami prajurit terbiasa menghadapi situasi yang genting, enggak banyak waktu mengambil keputusan. Dalam sempitnya waktu izinkan saya berpikir, dan saya tutup telepon," ujar Agus.
Agus mengaku tidak pernah membayangkan hal itu sebelumnya, karena fokus terhadap latihan di Australia. Namun, setelah memikirkan dalam batin, Agus memutuskan mau maju di pilkada. Hari itu juga ia kembali ke Tanah Air dan tiba 23 September 2016 dini hari.
Ia ingin mendengar langsung dan bertatap muka dengan tokoh dan pimpinan parpol yang mau mengusungnya. "Saya tiba di tanah air langsung menuju ke Cikeas, sudah ditunggu tokoh pimpinan partai dan orang tua tentunya," ujar Agus.
Di sana Agus akhirnya dipilih untuk dicalonkan oleh empat partai koalisi di Cikeas. Agus mengakui pilihan itu berat karena harus meninggalkan karier yang kurang lebih 16 tahun ia jalani di militer.
Agus menambahkan bahwa tidak mungkin orangtuanya menjerumuskan dirinya. "Saya yakin tidak mungkin ada orang tua yang akan menjerumuskan anaknya sendiri," ujarnya.
Dia sekaligus membantah semua pembicaraan adanya paksaan dari kedua orang tuanya untuk mengakhiri jalur militer dan berpolitik. "Saya sama sekali tidak merasa dipaksa oleh siapapun. Tegas saya katakan, ini kemauan saya dan saya memilih jalan ini," kata Agus.
Isu yang dilontarkan mengenai adanya paksaan dari Ani Yudhoyono, kata Agus, sungguh menyakitkan dan dirasa bukan hal yang pantas dibicarakan. "Seketika saya tahu ada isu itu, jujur saya sakit, saya tidak mau orang tua saya dijadikan sebagai penjerumus anaknya sendiri," ungkapnya.
SBY dan Ani, dikatakan oleh Agus sama sekali tidak menginginkan dirinya untuk bermanuver menjadi gubernur DKI Jakarta. "Mereka awalnya malah kaget dan tidak mau kalau saya maju. Jadi memang ini bukan paksaan dari mereka," jelas Agus. (tribunnews/rio/kompas.com)