Oknum TNI Pengikut Dimas Kanjeng, Otaknya Enggak Dipakai
Nama Dimas Kanjeng menjadi perhatian masyarakat setelah mengklaim dapat menggandakan uang.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanudin meragukan kualitas anggota TNI yang menjadi pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Nama Dimas Kanjeng menjadi perhatian masyarakat setelah mengklaim dapat menggandakan uang.
"Mau jenderal mau kopral, itu otaknya enggak dipakai. Saya tahu itu siapa saja. Otaknya enggak dipakai. Sampai ada letnan kolonel bahkan kolonel yang terlibat pembunuhan, darat laut udara, sudah kayak operasi gabungan. Kesimpulannya enggak ada yang untung, uangnya tuh masuk ke kanjeng semua," kata Hasanuddin di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (6/10/2016).
Hasanuddin melihat pengikut Dimas Kanjeng ialah orang yang sedang goyah serta mencari jalan keluar.
Mereka, kata Hasanuddin, berpikir meminta solusi kepada Tuhan sangat lama dikabulkan. Sedangkan meminjam uang melalui bank malah berutang.
"Logika dan kepintaran kita tergerus dengan arus pendek dengan cara mendatangi kanjeng," tutur Politikus PDIP itu.
Hasanuddin secara pribadi mempercayai dunia ghoib. Ia mencontohkan malaikat merupakan sosok ghoib.
Tetapi, ia tidak mempercayai seseorang yang dapat mencetak uang melalui tubuhnya seperti yang dilakukan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
"Kalau ada intelektual percaya, itu ilmu doktornya enggak dipake.Kalau ada perwira yang ikut, kualitas perwiranya diragukan," kata Hasanuddin.
Hasanuddin juga mempercayai pertunjukkan sulap dengan mengeluarkan potongan kertas dari lengan dan bukan uang.
"Yang biasa-biasa saja, bekerja belajar dan menghasilkan sesuatu," katanya.
Untuk diketahui, Kamis (22/9/2016), Brimob Polda Jatim mengerahkan 600 anggotanya untuk menggerebek Padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi.
Kanjeng Dimas Taat Pribadi ditangkap berdasarkan laporan polisi di Probolinggo pada 6 Juli 2016, atas dugaan keterlibatan dalam perencanaan pembunuhan terhadap dua mantan santrinya yakni Abdul Gani dan Ismail.
Dalam pembunuhan itu, tersangka Kanjeng Dimas Taat Pribadi memerintahkan anak buahnya bernama Wahyu untuk menghabisi Abdul Gani dan Ismail, mereka berencana membongkar mengenai penggandaan uang yang dilakukan sang guru.