Jaringan Sultan Diburu, 'Ingin Bunuh Ansor Thogut'
Sultan mengakui dia telah mencuri peluru milik kakaknya. Kakak Sultan merupakan seorang anggota polisi.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Mabes Polri langsung mendalami kaitan SA, Sultan Azianzah (22), dengan jaringan teroris. Dugaannya, SA, pelaku penusukan pada tiga anggota polisi saat bertugas di Pos Lalu Lintas Cikoko, Tangerang Kota, Kamis (20/10) pagi kemarin, terkait dengan organisasi yang juga pendukung ISIS.
"Dari aksinya ini, memang patut diduga pelaku ada hubungan dengan jaringan teroris. Perbuatannya ini sudah masuk dalam aksi teror," tegas Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar di Mabes Polri.
Sultan dalam pengakuannya mengaku hanya mengincar pistol. Sultan ingin mendapatkan pistol untuk membunuh 'Ansor Thogut'. Sultan mengakui dia telah mencuri peluru milik kakaknya. Kakak Sultan merupakan seorang anggota polisi.
"Iya. Saya ambil. Dia nggak tahu tapi. Biar saya dapat senjata," kata Sultan di sebuah ruangan perawatan di rumah sakit.
Senjata yang diincar Sultan akan digunakan untuk membunuh orang lain. Sultan yang tak lain pengangguran itu menyebut ingin membunuh 'Ansor Thogut'. "Iya (untuk bunuh), Ansor Thogut," tuturnya.
'Ansor Thogut' adalah sebutan untuk kaum kafir. Kelompok-kelompok radikal biasa menggunakan istilah ini untuk menyebut pihak lawan.
Boy Rafli Amar menmbahkan, guna menelusuri pelaku dari jaringan mana, maka pihak Polri khusus menerjunkan tim dari Densus 88. "Densus juga diturunkan ke lapangan, untuk pengembangan lebih jauh. Sementara ini kami prioritaskan perawatan pelaku dulu. Kami mohon waktu untuk mengungkap ini," tambah Boy Rafli Amar.
Sultan melakukan aksinya kemarin sekira pukul 07.10 WIB. Sultan menyerang tiga polisi secara brutal menggunakan golok dan sumbu yang mirip bahan peledak. Berdasarkan kartu identitasnya, Sultan kemudian diketahui merupakan seorang pengangguran yang tinggal di Lebak Wangi RT 04 RW 03, Kelurahan Sepatan, Tangerang.
Anggota polisi yang diserang pertama adalah Kanit Dalmas Polres Metro Tangerang Inspektur Satu Bambang Haryadi dan anggota Satuan Lalu Lintas Polsek Tangerang Brigadir Kepala Sukardi.
Kapolsek Tangerang Kompol Effendi yang berada tidak jauh dari lokasi kejadian berusaha menangkap SA. Tapi SA justru menyerang dan menusuk Effendi.
Usai menyerang, Sultan kemudian dilumpuhkan oleh aparat kepolisian menggunakan tiga tembakan yang mengenai kedua pahanya. Sultan langsung mendapat perawatan di RS Kramatjati, untuk selanjutnya diperiksa terkait motif penusukan.
Barang bukti yang berhasil diamankan dari pelaku, yakni sebuah senjata tajam (sajam) jenis pisau, sebuah sajam jenis badik, sebuah sarung sajam jenis badik.
Kemudian, dua buah benda yang diduga bom pipa yang terletak di pinggir jalan dan pinggir kali, satu tas warna hitam, satu buah sorban putih, dan 1 buah sticker yang menempel di Pos Lalu Lintas. Boy Rafli Amar mengatakan dua benda itu diduga sebagai bom pipa dan langsung diamankan gegana.
"Benda yang diduga bom pipa ditemukan di pinggir jalan, dekat dengan pospol. Benda itu sudah diamankan oleh Gegana untuk mengetahui kandungan dan isinya," tegas Boy Rafli Amar di Mabes Polri.
Boy menambahkan beruntung dua benda itu tidak meledak, pasalnya jika meledak itu akan sangat berbahaya bahkan mengancam keselamatan jiwa."Bom pipa kalau meledak di dekat kita sangat bahaya, perut bisa bolong, meledak," tambah jenderal bintang dua itu.
Dua Kakak Sultan
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono mengungkap, dua kakak Sultan adalah anggota polisi di Tangerang. Sultan merupakan anak bungsu di keluarganya. "Iya benar, dia punya dua kakak anggota polisi," ujar Awi, saat dikonfirmasi Kompas.com.
wi menjelaskan, kakak pertama Sultan merupakan anggota Reserse Narkoba dan kakak keduanya merupakan anggota polisi lalu lintas di Polres Metro Tangerang.
Berdasarkan foto yang beredar, alamat di Surat Izin Mengemudi (SIM) dan KTP SA, ia tinggal di Asrama Polri Jalan KS Tubun, Karawaci, Tangerang. (tribun/ther/glery)