Lembaga Pendidikan Tinggi NU Harus Siap Hadapi Persaingan Global
Lembaga Pendidikan Tinggi di bawah naungan organisasi Nahdhatul Ulama (NU) harus mampu menghadapi persaingan global.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga Pendidikan Tinggi di bawah naungan organisasi Nahdhatul Ulama (NU) harus mampu menghadapi persaingan global.
Karena itu, seluruh elemen yang terkait di dalamnya harus meningkatkan kualitas. Khususnya tenaga pengajar atau dosen.
"Saya ingin dosen yang ada minimal S3," kata Menristek Dikti yang juga Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi NU (LPTNU) Muhammad Nasir saat membuka Rakornas LPTU NU Bertema "Meningkatkan Kualitas da Daya Saing LPTNU" di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu (16/11).
Untuk mewujudkan hal itu, kata Nasir, memang harus dilakukan bertahap.
"Ada beasiswa untuk program doktoral yang nanti bisa diintegrasikan. Ini perlu kerja keras, ada kemauan ada jalan," katanya.
Yang penting, kata dia, harus ada kesepahaman lebih dulu dalam dasar peningkatan kualitas. Program ini harus dijalankan bertahap mengingat anggota LPT NU sendiri tidak sama level kemandiriannya.
Ada yang sudah berdiri sendiri, ada yang baru bisa berjalan hingga yang sekadar bertahan.
Di sinilah peran LPT NU. Sebagaimana penyelenggaraan rakornas ini untuk menyeragamkan tahapan tahapan peningkatan kualiatas, juga menjadi ajang silaturahmi.
Di mata Nasir, mengembangkan kualitas harus dilakukan bersana sama dalam platform segaris. Sehingga peningkatan kualitas nantinya signigikan.
LPT NU ke depan juga menghadapi tantangan berat. Jika kualitas meningkat, LPT NU dapat berperan dalam persaingan global.
"Saya dapat gambarkan indeks persaingan global Indonesia terus menurun, dari angka 37 dua tahun lalu menjadi 61 pada 2015. "Ini menjadi tantangan bagi LPT NU," lanjut Nasir
Rakornas LPTNU diikuti sekitar 100 peserta dari pengurus dan tenaga pengajar lembaga pendidikan tinggi NU seluruh Indonesia.
Sekjen PB NU Helmy Faishal Zaini sementara.itu mengatakan, peningkatan kualitas LPT NU akan berdampak positif bagi pengembangan sumberdaya NU sendiri secara menyeluruh.Peningkatan itu akan membawa dampak yang lebih luas lagi dalam skala nasional, karena dalam data penduduk Indonesia terakhir 45 persennya adalah warga NU.
"Jika dalam hal pendidikan tinggi sekarang masih tertinggal, kita kelak akan menjadi civil society yang diperhitungkan."
Saat ini berdasarkan data Dikti di Indonesia ada lebih 4043 Perguruan Tinggi Swasta dan 370 negeri pada 2015. Yang di bawah asosiasi LPT NU baru 110 an saja.