Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Turap Batu di Kali Apuran Dibuat Asal-asalan, Warga Cemas

Beberapa titik dinding turap retak. Ada pula bagian fondasi yang mulai renggang. Warga khawatir turap akan roboh saat air mengalir deras di kali itu.

Editor: Willem Jonata

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Theo Yonathan Simon Laturiuw

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah warga di tepi Kali Apuran di RT 14/7, Kelurahan Kedaung Kaliangke, Cengkareng, Jakarta Barat, kesal melihat pembuatan turap batu yang asal-asalan di kali tersebut.

Turap itu kini mulai rusak. Beberapa titik dinding turap tampak retak. Ada pula bagian fondasi yang mulai renggang. Warga khawatir turap akan roboh saat air mengalir deras di kali itu.

Keberadaan turap batu ini makin mencolok keburukannya setelah pemancangan sheet pile (turap beton) sejauh 1,3 kilometer di Kali Apuran rampung, 20 Desember lalu.

Pengerjaan pemancangan turap beton dilakukan secara bersama oleh PT Waskita Beton Precast dan PT Jaya Konstruksi KSO.

Hasilnya turap beton itu kelihatan kokoh dan kuat. Berbeda dengan turap batu yang kelihaan kecil serta rapuh.

Kali Apuran memanjang sejauh 2,8 kilometer mulai dari Jembatan Genit di Jalan Tubagus Angke sampai ke Cengkareng Drain.

Berita Rekomendasi

Pembangunan tanggul di sana dilakukan sebanyak 3 kali. Turap beton pertama kali dipancang di titik Jembatan Genit sepanjang 200 meter pada tahun 1999. Hasilnya kokoh sampai kini.

Turap batu dibangun pada tahun 2015, seusai pembongkaran besar-besaran rumah warga di tepian Kali Apuran.

Sedangkan pemancangan sheet pile baru kembali dibangun pada tahun 2016 di bagian ujung Kali Apuran yang berbatasan dengan Cengkareng Drain.

Makanya keberadaan turap batu ini diapit oleh dua lokasi turap beton yang sama-sama kokoh. Dibanding dua lokasi turap beton, turap batu ini paling panjang.

"Ini yang turap batu, kalau nanti air deras paling akan rusak bagian fondasinya, lalu roboh," kata Esa Sumantri (54), warga tepian Kali Apuran kepada Wartakotalive.com, Jumat (23/12).

Esa yang juga kerap bekerja di proyek-proyek pembangunan jalan dan normalisasi kali ini tahu persis proses pembangunan turap batu di Kali Apuran.

Dia mengatakan pembangunan turap batu itu dibangun menggunakan fondasi rumah. Saat pembangunan, kontraktor menggunakan bambu panjang yang ditancapkan ke tanah sebagai fondasi paling awal.

"Namanya itu fondasi curukcuk bambu yang biasa dipakai untuk membangun rumah," ujar Esa. Tak layak dipakai untuk normalisasi kali.

Jadi bambu-bambu hanya dipancang. Lalu di atasnya disusun batu kali yang kemudian diperkuat dengan semen. Selanjutnya baru turap batu setinggi 2 meter ditinggikan di atas fondasi itu.

"Ini tak akan kuat makanya. Kalau nanti kali dikeruk, pasti bergeser dan ambrol itu turap batunya," jelas Esa.

Warga lainnya, Sukrana (64), juga mengeluhkan keberadaan turap batu tersebut.

"Sebaiknya sih dibuat turap beton saja. Biar jadi sama dan kuat," kata Sukrana kepada Wartakotalive.com, siang tadi.

Apalagi turap batu itu tak memiliki batas dengan jalan inspeksi. Berbeda dengan turap beton yang dipasangi capping beam atau penutup turap beton di pucuk turap. Sehingga turap beton jadi lebih tinggi dari jalan.

"Kalau yang bagian turap batu itu kan jadi bahaya untuk anak-anak dan pengendara. Sejajar dengan jalan itu. Bisa jatuh ke sungai itu mobil kalau malam hari. Apalagi disini gelap," kata Sukrana.

Di lokasi, pantauan Wartakotalive.com, bambu-bambu yang dijadikan fondasi turap batu masih terpasang. Warna bambu itu sudah menguning dan patah-patah di bagian ujungnya.

Fondasi batu yang dipasang di ujung bambu pun kelihatan rapuh. Di beberapa titik batu yang jadi fondasi itu sudah kelihatan renggang.

Bahkan di beberapa titik lainnya, retakan sudah mulai bermunculan. Padahal turap batu baru dibangun tahun 2015 lalu.

Kepala Bidang Sungai dan Pantai Sistem Aliran Barat Dinas Tata Air Pemprov DKI Jakarta, Hendri, mengatakan, pihaknya tak bisa berbuat banyak terhadap pembangunan turap batu di Kali Apuran tersebut.

"Itu dibangun dengan dana CSR, bukan pakai APBD. Namanya juga dikasih lah," kata Hendri ketika dihubungi Wartakotalive.com, sore ini.

Diketahui, pembangunan turap batu di Kali Apuran itu, dulu dilakukan di bawah kendali Koordinator Normalisasi Waduk dan Kali DKI Jakarta R Heryanto. Heryanto belum bisa dihubungi. Ponselnya tak aktif.(*)

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas