'Begitu Asap Mulai Tebal Saya Lompat ke Laut, Penumpang Juga Ikutan Lompat'
Kebakaran terjadi ketika kapal berada sekira 1 mil laut dari Pelabuhan Muara Angke. Sebanyak 23 orang penumpang tewas, 17 orang luka-luka.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Liburan tahun baru 2017 berubah menjadi bencana. Sebuah kapal wisata bernama Zahro Express yang membawa 200 penumpang dari Pelabuhan Muara Angke menuju Pulau Tidung, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, terbakar di tengah laut, Minggu (1/1/2017) pagi.
Kebakaran terjadi ketika kapal berada sekira 1 mil laut dari Pelabuhan Muara Angke. Sebanyak 23 orang penumpang tewas, 17 orang luka-luka, dan 17 orang hilang.
Satu korban meninggal diketahui bernama Jekson Welnas (51), diduga meninggal karena tenggelam. Kemungkinan Jekson terjun ke laut untuk menghindari api.
"Dari 23 orang meninggal dunia tersebut 3 korban sudah berada di Rumah Sakit Atmajaya, sedangkan 20 korban sedang dievakuasi dan ditempatkan dalam kantong mayat," ujar Kepala Pusat Data dan Informasi, Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, Minggu.
Sebagian besar penumpang memang memilih terjun ke laut daripada hangus terbakar. Seorang korban selamat, Wisnu, mengaku memilih lompat dari kapal untuk menyelamatkan diri.
"Begitu asap mulai tebal saya lompat ke laut. Sebagian besar penumpang juga ikut lompat," kata Wisnu ketika ditemui di Rumah Sakit (RS) Atmajaya, Jalan Pluit Raya, Jakarta Minggu.
Wisnu menuturkan pada saat kapal terbakar ia berada di lantai atas kapal.
"Sumber api dari bawah. Semula saya kira apinya kecil. Namun saat membesar, kami langsung panik," ujarnya.
Setelah melompat ke laut, selama 30 menit Wisnu mengapung menggunakan sepotong gabus. Kemudian datang kapal nelayan yang memberi pertolongan, selanjutnya Wisnu diserahkan kepada kapal penyelamat yang lebih besar.
"Ada pelampung, tapi tidak lengkap dan tidak cukup untuk semua penumpang. Jadi kami berenang tanpa pelampung," ujar Wisnu.
Sebagian penumpang Zahro Express terjebak sehingga tidak bisa menyelamatkan diri. Kapal hanya memiliki satu lubang untuk jalur masuk dan keluar penumpang.
"Sumber api itu ada di dekat pintu keluar kapal. Banyak yang menerobos ketika api masih kecil," kata Wisnu.
Saat itu suasana amat mencekam. Seluruh penumpang panik dan ingin menyelamatkan diri masing-masing.
"Kalau mau keluar kapal itu harus melewati sumber api yang membakar pintu keluar. Semua turun ke laut, begitu ada api langsung melompat. Saya juga lompat. Semua panik," kata Wisnu.
Wisnu berlayar bersama 50 rekan kerjanya di sebuah perusahaan di Bogor.
"Saya duduk di lantai atas, di bawah masih banyak rekan saya yang ikut terjebak," ujar Wisnu.
Kapal Liar
Kepala Pengelola kapal tradisional Pelabuhan muara Angke, Bayu Setia, mengatakan Zahro Express ini merupakan kapal liar.
Selain tidak mengetahui jumlah dan nama penumpang, pihaknya tidak mendapat informasi dari pengelola Zahro Express soal jadwal dan tiket.
"Kami tidak tahu menahu soal ini," ujar Bayu.
Ketika tiba di Pelabuhan Muara Angke, Kapal Zahro Express dalam kondisi gosong.
Petugas gabungan dari Basarnas, Polri, Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta, serta Pemadam Kebakaran, kemudian melakukan menyisir kapal itu.
Dalam penyisiran ditemukan sejumlah jenazah dalam kondisi gosong. Jenazah ditemukan di bawah puing-puing kapal.
Selain jenazah, petugas juga mencari benda-benda lain di tengah tumpukan puing.
Kapal Zahro Express berkapasitas 253 penumpang itu terbakar sekira pukul 08.30 WIB.
Saat Zahro Express terbakar, kapten kapal justru menyelamatkan diri terlebih dulu.
"Kapten kapal nyebur (ke laut) duluan, loncat," kata Kepala Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Utara, Satriadi Gunawan.
Kapten kapal berada paling dekat dari lokasi sumber kebakaran pertama.
Diduga, awal mula kebakaran berada di aki, tepatnya di sebelah bawah bagian depan kapal.
Seharusnya kapten kapal paling belakang menyelamatkan diri. Ia seharusnya memerintahkan para penumpang menyelamatkan diri terlebih dulu.
Satriadi menjelaskan, hubungan arus pendek listrik di titik bawah bagian depan itu kemudian menyebar dan memanjang.
Api kemudian melalap seisi kapal itu sehingga para penumpang berhamburan.
"Para penumpang merasakan panas terlebih dahulu, baru kemudian kepanikan terjadi," kata Satriadi menirukan penjelasan korban selamat.
Kapal itu berpendingin udara (AC). Aki digunakan untuk mendinginkan udara.
"Aki terletak di bawah, bagian depan," kata Satriadi. (tribunnetwork/den/gle/wah)