Warga Pulau Pramuka Sebut Tidak Ada yang Patut Dipermasalahkan dari Ucapan Ahok
Setelah Ahok menutup sambutannya, Sa'adah menyatakan tak ada warga yang mempermasalahkan ucapan Ahok.
Editor: Johnson Simanjuntak
"Enggak ada, enggak ada satu pun. Dasarnya negara kita Pancasila. Kalau melanggar situ ntar salah lagi. Negara Pancasila kok kita," kata dia.
Sementara itu, sebagai salah seorang warga yang dituakan, Mulya (66) mengaku sempat didatangi polisi yang menanyakan apakah ada warga Pulau Pramuka yang mengikuti aksi pada 4 November dan 2 Desember.
Namun, kepada polisi itu, Mulya menyatakan tidak ada warganya yang ikut dalam dua aksi tersebut.
"Mak, kata dia manggil saya 'Mak'. Saya mau lihat orang pulau ada yang demo. Saya bilang enggak ada. Enggak ada orang pulau mah. Masih punya istighfar orang pulau mah, aman aja," ujar Mulya.
Tersinggung dengan ucapan Novel
Pada pertengahan November, Ahok ditetapkan sebagai tersangka kasus penodaan agama untuk ucapannya di Kepulauan Seribu.
Penetapannya itu diikuti dengan diprosesnya ia sebagai terdakwa dalam proses pengadilan.
Persidangan Ahok diketahui sudah berlangsung selama empat kali.
Berjalannya proses persidangan turut menarik perhatian warga Pulau Pramuka, termasuk saat persidangan keempat yang menghadirkan sejumlah saksi pelapor, salah satunya petinggi Front Pembela Islam (FPI), Novel Chaidir Hasan Bamukmin.
Warga Pulau Pramuka merasa tersinggung dengan ucapan Novel yang menyebut mereka awam memahami agama. Warga menyatakan mereka adalah penganut Islam taat.
Menurut warga, ketaatan mereka itu pula yang membuat banyak pendatang non-Muslim yang menjadi mualaf tanpa paksaan karena menetap di Pulau Pramuka.
Seperti yang dilontarkan Tarni (45). Menurut dia, meski mayoritas beragama Islam, warga Pulau Pramuka yang bukan beragama Islam tetap merasa nyaman tinggal di pulau tersebut.
Saking nyamannya, ia menyebut ada sebuah keluarga non-Muslim yang seluruh anak-anaknya kemudian menjadi mualaf karena terbiasa berinteraksi dengan warga Pulau Pramuka.
Keterangan Tarni dibenarkan oleh Faturrahman. Sebagai ketua masjid, ia mengaku sudah beberapa kali menjadi saksi bagi orang-orang yang menyatakan masuk Islam di Pulau Pramuka.
"Teman saya juga ada yang masuk Islam. Kepala sekolah SMP dulu masuk Islam sekeluarga," ujar pensiunan guru yang sudah menetap di Pulau Pramuka sejak 1970 ini.(Alsadad Rudi)