Keluarga Amirullah Pertanyakan Yang Dipukuli Perut Tetapi Kok Wajahnya Lebam
Keluarga pun mempertanyakan bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan di STIP, pasalnya kejadian ini bukan yang pertama.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Taruna Tingkat pertama, Amirullah Adityas Putra meregang nyawa usai mendapatkan tindakan kekerasan dari para seniornya di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (10/1/2017) petang.
Keluarga pun mempertanyakan bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan di STIP, pasalnya kejadian ini bukan yang pertama.
Seperti yang diungkapkan paman Amirullah, Nur Arifin, saat menunggui jenazah di RS Polri Kramat Jati, Rabu (11/1/2017) siang.
"Ini kejadian kesekian kalinya. Yang harus dipertanyakan bagaimana sebenarnya bentuk pengawasan terhadap para taruna di sana?"
Padahal, kata Arifin, saat hendak masuk pertama kali ke STIP, keluarga Amirullah bertanya sekaligus memastikan kepada pihak STIP bahwa tidak ada kekerasan terhadap junior, seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
"Saat itu mereka (pihak STIP) bilang sudah tidak ada kekerasan lagi. Tapi ini terjadi menimpa anak kami," ujarnya.
Arifin mengungkapkan, akibat tindakan kekerasan itu keponakannya mengalami luka-luka di sejumlah badan.
"Di wajahnya terlihat lebam. Tapi katanya yang menyebabkan dia meninggal saat dipukul di bagian perut sama ulu hati. Nanti kita tunggu saja hasil autopsi," jelasnya.
Kata Arifin, keluarga sebenarnya selalu memperhatikan kondisi kesehatan Amirullah mengingat proses pendidikan di STIP diketahui sebagian merupakan pembejalaran kekuatan fisik.
"Kondisi Amir baik-baik saja. Dia juga tidak pernah mengeluh," ujar Arifin.
Arifin dan keluarga besar meminta polisi mengusut tuntas kejadian ini.
Ia juga bilang, kasus yang menimpa keponakannya agar bisa dijadikan pelajaran berharga di kemudian hari.
"Harus diusut tuntas dan pelaku bisa diadili atas tindakannya ini. Supaya tidak terjadi lagi tindakan kekerasan seperti ini," jelasnya. (Feryanto Hadi)