Pembunuh Muniarti Ternyata Kakak Kandung Sendiri
Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur AKBP Sapta Maulana mengatakan, pelaku adalah AR (31) yang merupakan kakak laki-laki Murniati.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pihak kepolisian menangkap terduga pembunuh mahasiswi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Muniarti (20).
Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur AKBP Sapta Maulana mengatakan, pelaku adalah AR (31) yang merupakan kakak laki-laki Murniati.
"Iya benar kakaknya," kata Sapta, saat dikonfirmasi, Rabu (11/1/2017).
Untuk motif pembunuhan, Sapta enggan menjelaskannya.
Ia menyampaikan bahwa tindakan AR terlacak dari hilangnya kunci kamar indekos Murniati.
Selain Muniarti, hanya ibu Muniarti yang memegang kunci itu.
Namun, kunci itu sempat hilang setelah AR datang ke rumah ibu Muniarti.
AR sempat diperiksa sebagai saksi.
"Iya itu asumsi-lah. Pokoknya nanti dirilis. Saya baru bisa mengiyakan karena masih dalam pemeriksaan," ujarnya.
Murniarti ditemukan tewas dengan luka lebam di pelipis kirinya di kamar indekos di Jalan Makmur RT 3 RW 03 Pondok Rangon, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (10/1/2017) dini hari.
Kejar pelaku
Polisi dari Polres Jakarta Timur masih menyelidiki secara serius kasus pembunuhan terhadap perempuan muda bernama Murniati.
Mahasiswi berusia 22 tahun itu sebelumnya ditemukan tewas dengan sejumlah luka di rumahnya di RT03/03, Pondok Rangon, Jakarta Timur pada Selasa (9/1/2017) dini hari.
Kepala Satuan Reskrim Polres Jakarta Timur AKBP Sapta Maulana mengatakan, pihaknya telah mengorek keterangan dari sejumlah saksi.
Beberapa tetangga dekat korban mengaku mendengar percekcokan sebelum Murni ditemukan meninggal dunia.
"Kasusnya masih kami selidiki untuk mengungkap siapa pelaku," katanya, Rabu (11/1/2017) malam.
Murni diduga tewas dibunuh. Bagian pelipis sebelahan kanan dan pipinya lebam. Sementara, bibir korban juga tampak berdarah diduga pelaku menyekap mulut korban.
Nelawati (26) bersama suaminya Paul Andra (33) pada Selasa dini hari sekitar pukul 02.00 mengaku mendengar pertengkaran di rumah Murni disusul suara benturan ke dinding beberapa kali.
Tempat tinggal Neli-Paul dan Murni hanya dipisahkan oleh dinding rumah.
Pukul 03.00 atau setelah tak terdengar suara gaduh dari kamar Murni, mereka berdua keluar rumah dan melaporkan apa yang mereka dengar kepada sejumlah tetangga termasuk Popong (47), ibu kandung Murni yang juga tinggal di kampung itu bersama suami ketiganya.
Saat diperiksa, kondisi Murni sudah tidak bernyawa.
Warga kemudian melaporkan peristiwa tersebut ke kepolisian. Polisi yang datang segera melalukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Jenazah Murni kemudian dibawa ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati untuk diautopsi.
Keluarga menduga kasus pembunuhan Murni melibatkan orang dekat.
Polisi saat ini masih memburu pelaku untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Suara Gaduh
Nelawati (26) yang sebelumnya tertidur pulas mendadak terbangun setelah mendengar suara gaduh di rumah sebelah.
Usai terdengar cek-cok, suara ia juga mendengar suara benturan ke dinding bertubi-tubi.
Ia lantas membangunkan suaminya, Paul Andra Priatna (33). Jam menunjuk ke pukul 02.00, mereka berdua saling bertanya apakah gerangan yang terjadi di rumah sebelah.
Apalagi, mereka tahu, saat itu, Murniati (22), penghuni rumah sebelah, tinggal sendirian. Paul yang sempat ingin keluar rumah, sempat dilarang oleh sang istri.
Tetapi rasa penasaran mereka kian membuncah. Pukul 03.00, akhirnya mereka keluar dan berusaha memberitahukan warga lain, termasuk ibu Murni, Popong (47), yang tinggal di kampung yang sama.
"Saya dikabarin Pak Paul ada suara ribut di rumah anak saya. Katanya anak saya sampai nangis. Pak Paul katanya juga mendengar anaknya berteriak 'ambil saja apa yang kamu mau'," jelas Popong ditemui di kediamannya, Selasa (9/1/2017).
Popong yang datang bersama warga kemudian membuka pintu rumah dengan kunci cadangan. Bagai mimpi buruk, Popong mendapati anaknya yang sudah tak bernyawa.
"Dia sudah meninggal dengan keadaan terlentang. Saya kaget sekali. Ada luka di beberapa bagian wajahnya," terangnya.
Warga kemudian melaporkan kejadian itu ke Polsek Cipayung. Polisi yang mendatangi lokasi kejadian, segera memasang garis putih di rumah bercat putih itu.
Dalam pemeriksaan yang dilakukan, polisi menduga, Murniati tewas dibunuh.
Kapolsek Cipayung Kompol Dedi Wahyudi mengatakan, pihaknya masih menyelidiki secara serius kasus ini.
Sejumlah saksi sudah diperiksa, termasuk tetangga korban yang mengaku mendengar percekcokan antara Murni dengan orang yang diduga membunuhnya.
"Ada luka di pelipis bagian kanan, pipi dan di bagian bibir. Diduga ada penganiayaan terhadap korban," katanya.
Jenazah Murni kemudian dibawa ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, untuk menjalani autopsi sebagai pendukung proses penyelidikan.
Janggal
Sejumlah kerabat dan tetangga dekat menduga pelaku pembunuhan merupakan orang dekat.
Pasalnya, tempat tinggal Murni berada di gang buntu. Analisa lain, tidak ada barang berharga milik Murni yang hilang.
Junaidi (37), warga yang tinggal tidak jauh dari rumah Murni juga mengaku mendengar samar suara cek-cok pada dini hari yang sepi itu. Ia saat itu masih terjaga, merokok di ruang tamu rumahnya.
Tetapi ia memutuskan tidak keluar rumah karena mengira suara itu adalah pertengakaran suami-istri tetangganya.
"Soalnya tidak jelas suara itu dari rumah siapa. Saya kira paling orang yang ngontrak di sebelah yang lagi berantem. Saya tetap di dalam rumah," jelasnya. Ia baru keluar rumah setelah mendengar suara gaduh orang yang menemukan Murni sudah tidak bernyawa.
Sepupu korban yang enggan disebut namanya juga bilang bahwa kasus pembunuhan ini kemungkinan melibatkan orang dekat. Sebab, terhadap sebuah keanehan yakni pintu rumah terkunci saat Murni ditemukan tewas.
"Dua bulan lalu kunci rumah itu sempat hilang. Kemudian dibuatkan lagi. Nah, semalam pas kejadian kunci rumah tidak rusak sama sekali. Bahkan kondisi pintu terkunci dan kuncinya ada di meja dalam rumah," terangnya.
Sosok Tangguh
Murniati dikenal orang-orang terdekat sebagai sosok tangguh. Perempuan kelahiran 10 Agustus 1995 ini saat ini sedang menempuh kuliah di Universitas Muhammadiyah Jakarta, semester empat.
Ia mengambil jurusan Arsitektur.
Selain itu, untuk membiayai kuliah, ia juga bekerja sebagai drafter di sebuah perusahaan swasta.
"Dia keukeuh pengin kuliah. Saya bilang tidak ada biaya. Tapi dia ngotot bahkan sampai bekerja untuk biaya kuliah. Keinginannya untuk sukses begitu kuat," kata Popong
Murni merupakan anak kedua Popong dari hasil pernikahan pertamanya bersama Undang Barnas. Undang meninggal puluhan tahun lalu dan Popong menikah lagi dengan seorang sopir angkot.
Pernikahan itu tak bertahan lama. Keduanya bercerai dan Popong kembali menikah dengan Purwanto (50).
Saat ini, Popong tinggal bersama Purwanto
Popong sangat terpukul dengan kematian putrinya. Tetapi ia berusaha tegar, ketika menyalami ratusan pelayat termasuk teman-teman kuliah Murni.
Sebelumnya, Popong mengaku tidak punya firasat buruk. Ia juga memastikan anaknya saat ini tidak memiliki kekasih atau teman dekat. Hanya saja, pada Minggu malam, ia tahu ada seorang lelaki bertamu ke rumah anaknya. Lelaki itu kini telah dipanggil polisi untuk dimintai keterangan.
"Kalau musuh, saya kira anak saya tidak punya karena dia anaknya baik. Kalau teman dekat juga dia tidak pernah cerita ke saya. Cuma pas Minggu malam itu memang ada yang bertamu, teman lelakinya."
Popong nenyatakan, pada pertemuan terakhirnya dengan Murni pada Senin, Murni hanya mengeluh uangnya hampir habis. "Dia bilang ke saya uang di ATM tinggal 100. Sementara dia pergi kerja dan kuliah butuh ongkos. Itu saja yang dia bilang."
Sambil terisak, ia bilang kematian Murni merupakan takdir yang harus dihadapi. Tetapi ia tidak mau kasus ini begitu saja menguap. Ia ingin pembunuh Murni segera ditangkap.
"Semoga kasus ini segera terbuka dan polisi bisa mengungkap siapa yang tega membunuh anak saya," harapnya.
Jenazah Murniati diambil dari RS Polri pada Selasa sore dan langsung dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Rangon.