JPPR: Debat Ketiga Berjalan Keras dan Saling Serang, Tapi Subtansial
Debat putaran ketiga antarcalon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Jumat (11/2/2017) malam, benar-benar seperti laga final.
Penulis: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Debat putaran ketiga antarcalon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Jumat (11/2/2017) malam, benar-benar seperti laga final.
Tiap-tiap pasangan calon memanfaatkan momentum debat terakhir sekuat-kuatnya. Tujuannya menyampaikan program kerja sehingga bisa dianggap unggul oleh masyarakat pemilih disampaikan dengan cara yang relatif keras dan saling menyerang antar pasangan calon.
"Materi pertanyaan yang disampaikan ke pasangan calon lain adalah materi yang kira-kira jawabannya bisa diserang balik," ujar Masykurudin Hafidz, Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) kepada Tribunnews.com, Sabtu (11/2/2017).
Cara menyampaikan jawaban dan merespon didasarkan pada isu yang selama ini menjadi perdebatan publik, yaitu terkait karakter dan pengalaman yang dinilai secara kritis.
Hingga segmen terakhir pun, pasangan calon masih menggunakan kesempatan tersebut untuk mengunggulkan dirinya sekaligus menilai pasangan calon lain.
"Ketiganya memberikan pesan kepada masyarakat pemilih di akhir sessi secara komparatif," ia menambahkan.
Dikatakan dia, proses debat yang seperti semalam masih dalam taraf yang wajar. Justru dengan debat yang keras, masyarakat pemilih tidak hanya dapat menilai materi jawaban dan cara menyelesaikan persoalan Jakarta, tetapi juga dapat membandingkan bagaimana jawaban itu disampaikan.
"Cara dialektis antar pasangan calon semakin memudahkan masyarakat pemilih Jakarta dalam membedakan ketiganya," kata Masykurudin.
Kerasnya perdebatan juga menyumbang emosi positif masyarakat pemilih. Setelah debat ketiga ini berlangsung, masyarakat Jakarta tidak hanya sudah menentukan pilihan tetapi juga akan membuktikan pilihannya tersebut di hari pemungutan suara. Proses debat semakin meyakinkan pemilih untuk berpartisipasi di 15 Pebruari nanti.
Lantaran masyarakat pemilih Jakarta sudah menentukan pilihan, maka pasangan calon beserta tim kampanyenya tidak perlu lagi melakukan kampanye terselubung di masa tenang.
"Ciptakan masa tenang benar-benar tenang, karena kalau berkampanye justru akan menghasilkan efek negatif," pesan Masykurudin.
Tak kalah lebih penting dilakukan pasangan calon di hari tenang adalah memastikan pengetahuan dan keterampilan para saksi mengawal suara dan menciptakan proses pemungutan suara secara jujur dan adil.
"Jangan sampai ada saksi dari pasangan calon yang justru tidak mengetahui bagaimana keadilan pemungutan suara diwujudkan," tegas dia.