Macet Jakarta Masuk 5 Besar Terburuk di Dunia
Jakarta menempati posisi empat dalam hal kota dengan kemacetan lalu lintas terburuk pada jam sibuk di dunia.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jakarta menempati posisi empat dalam hal kota dengan kemacetan lalu lintas terburuk pada jam sibuk di dunia.
Laporan dari pabrikan GPS TomTom menunjukkan tingkat kemacetan di ibu kota Indonesia ini adalah 58 persen dengan puncaknya ketika pagi mencapai 63 persen.
Sementara ketika jam sibuk menjelang malam meningkat menjadi 95 persen.
TomTom menempatkan Bangkok sebagai kota dengan kemacetan lalu lintas jam sibuk paling buruk di dunia.
'Prestasi' tersebut merupakan yang kedua kalinya TomTom berikan ke Ibu Kota Thailand.
Dalam laporan TomTom, tingkat kemacetan di Bangkok ketika jam sibuk adalah 118 persen, sedangkan ketika pagi juga menjadi paling tinggi dengan angka 96 persen.
Daftar kota dengan status terburuk dalam hal kemacetan lalu lintas pada saat jam sibuk didapat TomTom setelah melakukan pelacakan kemacetan di 390 kota di 48 negara.
Pakar lalu lintas senior TomTom Nick Cohn menyebutkan Bangkok dan kota-kota lainnya yang masuk dalam daftar terburuk tersebut telah menjadi korban atas kesuksesan mereka sendiri.
Pertumbuhan ekonomi dan melonjaknya jumlah populasi penduduk menyebabkan lebih banyak arus lalu lintas dan perpindahan di dalam kota.
"Ini akan menjadi sebuah tantangan bagi semua pemerintah kota untuk mempertahankan semua agar tetap bergerak," ucap Nick.
Sementara itu di bawah Bangkok ada Mexico City yang menjadi kota dengan kemacetan lalu lintas terburuk ketika jam-jam sibuk.
TomTom bahkan menempatkan Ibu Kota Meksiko tersebut menjadi kota terburuk di dunia untuk kemacetan lalu lintas dalam sehari penuh.
Hal itu terjadi lantaran tingkat kemacetannya mencapai 66 persen dengan puncaknya pada jam sibuk jelang malam adalah 101 persen.
"Kemacetan bisa terjadi pada tengah hari atau larut malam, yang jelas di sana benar-benar macet dan padat," tambah Nick.
Selain itu, penyebab lainnya mengapa Mexico City mengalami hal tersebut adalah karena sistem kereta bawah tanah tak berjalan.
"Imbasnya, penduduk Mexico City tak lagi memiliki opsi transportasi untuk bekerja selain membawa kendaraan pribadi," jelas Nick.
Sedangkan Moskow, kendati posisinya lebih tinggi dari tahun lalu dan kini berada di peringkat lima telah berhasil mengurangi kemacetan terutama semenjak pemerintah kotanya menerapkan aturan parkir baru.
Menurut Nick, saat ini Ibu Kota Rusia tersebut menerapkan denda untuk beberapa kondisi parkir. Hal itu telah mengubah perilaku masyarakat Moskow.
Istanbul yang ada di posisi tujuh juga mengalami pengurangan kemacetan karena pemerintahnya berhasil memberikan data lalu lintas real time ke para pengendara sehingga bisa dengan mudah menghindari lokasi yang macet parah.
"Upaya itu masih membuat kemacetan tapi setidaknya telah berkurang sedikit," ujar Nick.(Ridwan Aji Pitoko)