Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Megawati Minta Perempuan Tidak GTM

Mega juga mencurahkan isi hatinya atau curhat tentang kekalahannya dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada pemilihan presiden 2004

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Megawati Minta Perempuan Tidak GTM
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (tengah) menyampaikan pidato didampingi calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (kiri), dan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat (kanan) di Posko Rumah Lembang, Menteng, Jakarta, Rabu (15/3/2017). Dalam pidatonya Megawati meminta kepada seluruh relawan khususnya wanita untuk memenangkan Basuki-Djarot pada Pilkada DKI Jakarta putaran kedua. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, meminta para perempuan relawan calon gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat untuk tidak melakukan gerakan tutup mulut (GTM). Mega meminta ibu-ibu untuk cerewet dan memenangkan pasangan petahana itu.

Menurut Mega, kaum ibu punya peran penting untuk memenangkan pasangan petahana ini. "Ibu-ibu harus aktif berbicara kepada masyarakat Jakarta perlunya kita memenangkan Pak Ahok," katanya di Rumah Lembang yang merupakan markas tim pemenangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (15/3) siang.

Presiden kelima RI ini yakin jika para ibu sudah bergerak, maka pasangan Ahok-Djarot bakal menang. "Kalau ibu-ibu sudah bergerak, biasanya kita menang lho, Bu. Kenapa? Karena ibu-ibu itu cerewet. Kalau bapak-bapak itu tidak sekuat kita, Bu. Coba saja kalau bapak-bapak tidak diladeni, kan merengut. Kalau makan maunya duluan padahal yang masak kan kita ya?" kata Mega disambut tawa hadirin.

"Ibu-ibu kalau sudah bersatu, ngga ada yang bisa ngalahin. Contohnya kalau di rumah saja lah, kita empat hari saja GTM, gerakan tutup mulut, klenger bapak-bapak itu. Nah, nanti tapi ngga boleh GTM, justru harus cerewet," imbuhnya.

Pada kesempatan itu, Mega juga mencurahkan isi hatinya atau curhat tentang kekalahannya dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada pemilihan presiden 2004.
Megawati menyatakan, dirinya tidak diberi kesempatan untuk melanjutkan programnya.

Dalam nada canda, Mega juga menyatakan dirinya kalah karena pemilih dari kalangan perempuan tidak mendukungnya. "Coba saya dikasih waktu satu kali lagi. Sudah lebih baik deh ibu-ibu," katanya.

Pada saat itu, juga ada ada seruan untuk memilih pemimpin yang baru. "Tukar orang yang baru dah. Waktu itu kan gitu. Tuker yang baru. Akhirnya nangis sendiri deh," ujarnya.

Berita Rekomendasi

Dalam konteks pemilihan gubernur DKI, Mega minta para relawan dan kader PDIP memenangkan pasangan Basuki (Ahok)-Djarot. Pasangan petahana tersebut layak dipilih karena sudah menunjukan kinerja yang baik sehingga patut dipilih kembali agar bisa menuntaskan program kerjanya.

"Kenapa milih orang baru ketimbang orang lama yang sudah sukses? Kasih kesempatan bagi dia untuk bisa meneruskan programnya. Saya mengalaminya sendiri, saya presiden yang namanya setengah jalan," ujar Mega.

Mega membanggakan Ahok-Djarot yang menurutnya berhasil mengatasi banjir yang selalu menjadi momok ibu kota.

"Sekarang kalau dipikir, waktu kemarin hujan banjir ngga seperti dulu loh. Kenapa sih tidak diberikan kesempatan dua kali, daripada orang baru. Lah orang baru, bukannya apa, ya emang begitu. Kalau orang baru biasanya ya mesti bikin janji dulu dong, pasti itu. Itu makanya ada kampanye," katanya.

Mega kemudian menyampaikan pesan khusus kepada para perempuan relawan Ahok-Djarot. "Insyafkan ibu-ibu yang belum sadar. Kasih tahu. Karena enggak ada yang namanya pemerintah itu coba-coba," katanya.

Panasnya pilkada DKI merambah ke isu agama dan ras. Mega pun berbicara mengenai kedua isu tersebut. "Kenapa saya pilih Pak Ahok dan Pak Djarot? Sangat gampang (jawabannya), saya tidak pikirkan masalah agama, suku, dan ras," katanya.

Untuk itu Megawati meminta kaum ibu benar-benar mengerti bahwa yang harus dijelaskan kepada calon pemilih adalah pilkada bukanlah memilih pemimpin agama.
"Sekarang kita bukan milih pemimpin agama lho. Kalau mau memilih pemimpin agama sekarang, monggo (silakan) pilih sesepuh dan kyai yang ada. Yang kita perlukan saat ini adalah pemimpin pemerintahan," katanya.

Mega mengaku sedih lantaran disebut mencalonkan kepala daerah kafir. "Menurut saya, itu merendahkan agamanya sendiri apapun agamanya. Aneh saya, padahal saya bukan ahli Al-Quran loh," katanya. (wahyu aji)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas