Pengusiran Djarot di Masjid Atiq Tindakan Berlebihan, Tak Sesuai Akhlak Islam
Upaya pengusiran Djarot Saiful Hidayat di Masjid Atiq, dinilai sebagai tindakan berlebihan yang sangat tidak sesuai dengan akhlak Islam.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Upaya pengusiran Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat usai Salat Jumat di Masjid Atiq, Tebet Jakarta, Jumat (14/4/2017), dinilai sebagai tindakan berlebihan yang sangat tidak sesuai dengan akhlak Islam.
Intelektual muda Nahdlatul Ulama, Zuhairi Misrawi mengatakan, tindakan tersebut sudah sangat memalukan dan mencoreng umat Islam.
"Saya memandang pengusiran terhadap Djarot Saiful Hidayat merupakan tindakan yang sangat memalukan. Perlakuan tersebut tidak sesuai dengan akhlak Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW," kata Zuhairi lewat pesan singkat yang diterima wartawan, Sabtu (15/4/2017).
Menurutnya, kalau umat Islam membaca buku-buku sejarah, Nabi Muhammad SAW saja justru menerima tamu Kristen Najran di Masjid Madinah.
Perbedaan agama tidak menjadi halangan untuk tidak menghargai tamu yang sedang bertandang ke masjid Nabi.
"Cawagub Djarot seorang muslim taat hendak melaksanakan salat Jumat. Ia kader NU tulen dan berjasa bagi umat Islam di Jakarta. Kok bisa-bisanya diteriakin dan diusir dan masjid," ujarnya.
Dia memandang, seluruh upaya politisasi masjid sudah masuk dalam kategori yang sangat meresahkan dan mengkhawatirkan.
Oleh sebab itu, harus ada tindakan tegas terhadap takmir Masjid al-Atiq, Tebet karena secara terang-terangan melakukan kampanye di dalam masjid.
"Kalau kita melihat aturan, jelas sekali ada larangan keras agar tidak menggunakan tempat ibadah. Termasuk masjid sebagai tempat kampanye dan melakukan diskriminasi karena perbedaan sikap politik dalam pilkada. Jadi Panwaslu harus mengambil tindakan tegas," kata Zuhairi.
Dikatakan Zuhairi jika fenomena ini dibiarkan, maka diyakini bangsa Indonesia akan mengalami defisit moderasi Islam, khususnya di Jakarta.
Bibit-bibit radikalisme pun akan semakin muncul.
"Jika tindakan pengusiran ini dibiarkan, maka radikalisme di Jakarta makin menguat. Kita tidak ingin Jakarta seperti Mesir di masa lampau yang masjidnya dikuasai kaum radikal yang mudah ditunggangi oleh kepentingan politik tertentu," katanya mengingatkan.