Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Perjuangan Dua Guru Lintasi Jalan Berliku dan Berbukit Mengajar SD Terpencil di Bogor

Melintasi jalan berliku dan berbukit di tebingan Gunung Suling, Kecamatan Rumpin menjadi keseharian dua guru SD ini untuk mengajar anak didiknya.

Editor: Ferdinand Waskita
zoom-in Kisah Perjuangan Dua Guru Lintasi Jalan Berliku dan Berbukit Mengajar SD Terpencil di Bogor
TribunnewsBogor.com/Damanhuri
Muhat Iskandar dan Dedi Sumardi, Guru di SDN Rabak 01, Kecamatan Rumpin yang lokasinya terpencil. 

TRIBUNNEWS.COM, BOGOR- Melintasi jalan berliku dan berbukit di tebingan Gunung Suling, Kecamatan Rumpin menjadi keseharian dua guru SD ini untuk mengajar anak didiknya.

Jalan setapak mereka lalui setiap hari untuk menuju lokasi sekolah jauh SDN Rabak 01 tidak memadai dan cukup berbahaya saat dilewati menggunakan motor.

Jika malamnya hujan turun, sepanjang jalan yang dilintasi di di Kampung Haliwung, Desa Rabak, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor bakal dipenuhi lumpur.

Merekalah Muhat Iskandar dan Dedi Sumardi guru SD yang setiap hari setia bertugas di SD Rabak 01 yang lokasinya cukup jauh.

Baca: Netizen Usulkan Berpasangan dengan Ryamizard di Pilpres 2019, Apa Kata Fahri Hamzah ?

Mereka setiap pagi berangkat bersama menggunakan sepeda motor melintasi jalan yang terjal untuk menuju lokasi sekolah yang berada di atas gunung itu.

Bebatuan terjal serta sedikit jalan yang sudah disemen menjadi lintasan kedua pria yang sudah sekitar tiga tahun mengajar di sekolah tersebut.

Berita Rekomendasi

"Ini sudah lebih baik sebagian sudah dikasih pasir sama semen, kalau dulu jalannya masih tanah dan licin," ujar Muhat yang memang lebih dulu mengajar di sekolah jauh SDN Rabak 01 Rumpin.

Sebagai seorang manusia biasa, rasa lelah pasti dirasakan oleh keduanya.

Namun, rasa lelah itu hilang ketika melihat anak-anak yang berada di Kampung Haliwung mau datang ke sekolah untuk belajar baca, tulis dan berhitung (Calitung).

"Rasa cape pasti ada. Tapi kami ingin anak-anak di Kampung ini bisa merasakan pendidikan meskipun dengan segala keterbatasan," kata Dedi meimpali.

Muhat Iskandar dan Dedi Sumardi, Guru di SDN Rabak 01, Kecamatan Rumpin (TribunnewsBogor.com/Damanhuri)
Muhat Iskandar dan Dedi Sumardi, Guru di SDN Rabak 01, Kecamatan Rumpin (TribunnewsBogor.com/Damanhuri) (TribunnewsBogor.com/Damanhuri)

Gaji Rp 700 Ribu

Pengabdiannya sebagai seorang guru dijalaninya dengan penuh keikhlas meskipun hanya sebagai guru honorer dengan gaji sebesar Rp 700 ribu perbulan.

"Yang bikin saya bertahan mengajar disini melihat semangat mereka dalam belajar, jadi saya ikhlas sajah ngejalaninnya jangan sampai anak-anak ini tidak sekolah," katanya setelah selesai memberikan materi pada siswa di sekolah jauh SDN Rabak 01 Kampung Haliwung.

Mereka berharap, anak-anak di Kampung Haliwung ini bisa merasakan pendidikan seperti yang dirasakan oleh anak-anak yang tinggal diperkotaan yang memang lokasinya dekat dengan sekolah.

Baca: Sri Mulyani Ceritakan Alasannya Terima Permintaan Jokowi dan Kembali ke Indonesia

"Kalau sekarang alhamdulillah sekolahnya sudah lebih baik, kalau dulu itu mereka belajar dibekas rumah warga," celetuk Muhat menambahkan.

Siswa disekolah tersebut jumlahnya memang tidak terlalu banyak, saat ini ada sekitar 48 siswa dari kelas I hingga kelas V .

Kelas I jumlahnya 6 siswa, kelas II jumlahnya 11 siswa, kelas III (29 siswa), kelas IV (1) dan dan kelas V (2 siswa).

"Kalau kelas enamnya ada empat siswa, tapi mereka sekolahnya di bawah gunung yang menjadi sekolah induk SDN Rabak 01. Itu pun harus pakai motor karena jaraknya jauh," kata dia.

Jarak antara sekolah jauh dengan sekolah induk SDN Rabak 01 sekitar 4 kilometer harus ditempuh jalan setapak melewati tebingan gunung suling.

Sekedar informasi, di sekolah jauh SDN Rabak 01 Kampung Haliwung, Desa Rabak, Kecamatan Rumpin memang hanya memiliki dua orang guru saja yakni Muhat Iskandar dan Dedi Sumardi untuk mengajar anak-anak disana agar bisa tetap merasakan pendidikan.

Perjuangan Muhat dan Dedi untuk mencerdaskan anak Bangsa patut mendapat apresiasi. Mereka adalah guru tanpa tanda jasa.

Penulis: Damanhuri

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas