TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Ribuan massa driver angkutan online menggelar aksi di halaman DPRD Sumsel, Rabu (23/8/2017).

Aksi diikuti oleh perwakilan Gojek, Gocar , Uber dan Grab.

Salah satu driver yang ikut aksi ini adalah, Anggi, mahasiswa semester 5 jurusan komunikasi Universitas Bina Darma.

Cewek yang sudah menjadi driver dari bulan Mei 2017 lalu ini mengaku menjadi driver atau sopir taksi online karena ingin mencari uang tambahan alias sambilan.

Orangtuanya juga setuju ia menjadi seorang sopir taksi online dan bisa belajar mencari uang sendiri.

Ketika disinggung apa ia anak orang kaya karena masih mahasiswa dan memiliki mobil.

Ia menjawab dengan tegas bahwa bukan berarti ada mobil ia anak orang kaya.

Mobil yang ia miliki justru masih belum lunas alias kredit.

Terkait kejadian baru-baru ini, seperti aksi ricuh dari sopir angkutan kota di DPRD Sumsel dan aksi sweeping, pengrusakan membuat ia memilih konsumen.

Ia memilih konsumen dengan cara menerima orderan penumpang yang hanya berlokasi di tengah kota.

Sempat mendapat orderan di dekat Bandara SMB II sampai ke Plaju namun ia menolak.

Dengan adanya aksi angkutan konvensional, ia mengaku ada rasa kasihan.

Dan juga pekerjaan sebagai sopir taksi online ini ada beberapa yang sampingan dan tidak menutup rejeki mereka para sopir angkot.

Mereka (Sopir taksi online) hanya menerima orderan dari penumpang.

Gadis berkacamata ini mengatakan setiap hari menerima order penumpang sehabis pulang kuliah.

Untuk penghasilan, seminggu ia bisa mendapat Rp 1-Rp 2 Juta, tergantung orderan penumpang. (*)