Modus Miliki Ajian Semar Mesem, Guru SD Cabuli 25 Anak, Begini Kronologinya
Pelaku berinisial WS alias Babeh sehari-hari berprofesi sebagai guru honorer di salah satu SD kawasan Rajeg.
Editor: Ferdinand Waskita
Anak-anak itu kemudian meminta ajian semar mesem kepada tersangka.
Atas permintaan itu, tersangka bersedia memberikan ajian semar mesem asalkan ada mahar (semacam kompensasi) uang.
Namun, untuk mahar uang, anak-anak mengaku tidak memilikinya.
"Tersangka kemudian mengatakan, mahar uang bisa diganti asalkan anak-anak bersedia disodomi. Berdasarkan pengakuan tersangka, anak-anak bersedia disodomi olehnya," kata Sabilul.
Tersangka, kata Sabilul, juga mengaku mengolesi minyak ke anus korbannya sebelum disodomi.
Setelah itu, lanjut Sabilul, tersangka memerintahkan anak-anak untuk menelan gotri (logam bulat kecil) yang diklaim sebagai bagian dari ritual pemberian ajian.
Jika ada anak yang menolak disodomi, tersangka menakut-nakuti korban bahwa jika tidak bersedia disodomi maka akan menerima kesialan selama 60 hari.
"Atas dasar itulah, akhirnya anak-anak bersedia disodomi. Tersangka mengatakan, kebanyakan anak yang menjadi korbannya enggan bercerita ke orang lain karena malu atau takut," imbuh Sabilul.
Babeh, kata Sabilul, mengaku gubug yang didirikanya di Sakem, Tamiang berdekatan dengan Pondok Pesantren.
Tersangka mengklaim memiliki suara bagus sehingga banyak anak pesantren yang mendatanginya meminta resep agar suara bagus.
Menurut Babeh, banyaknya anak-anak yang mendatanginya membuat salah satu tetangga tidak terima sehingga gubug yang didirikannya dibakar.
"Tersangka kemudian pindah tempat dan kembali mendirikan gubug Kampung Jawaringan, Desa Sukamanah, Kecamatan Rajeg sekitar bulan Oktober 2017," kata Sabilul.
Namun, menurut tersangka, meski sudah pindah tempat, anak-anak tetap mendatanginya. Di gubug yang baru itu, tersangka kembali melakukan aksinya dengan modus serupa.
Hingga pada tanggal 2 Desember 2017, tersangka kembali melakukan aksi kekerasan seksual kepada 3 anak-anak.