Rois Julianto Loncat dari Ketinggian 6 Meter Saat Beton Seberat 80 Ton Ambruk
Para korban menyatakan, terdengar suara retakan sebelum box girder tersebut terempas ke tanah.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebuah box girder seberat sekitar 80 ton terempas ke tanah dari ketinggian sekitar 8 meter.
Kecelakaan di proyek light rapid transit (LRT) di kawasan Kayu Putih, Pulogadung, Jakarta Timur tersebut menyebabkan lima pekerja konstruksi terluka.
Para korban menyatakan, terdengar suara retakan sebelum box girder tersebut terempas ke tanah.
"Salah satu korban bernama Ahmad Kumaedi mengatakan, saat itu ia berada di segmen 6-7 sedang melakukan lamsir pelat dan note ke segmen 1. Terdengar suara retakan dari segmen 15," ungkap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Jupan Royter, Senin (22/1/2018) siang.
Sedangkan Rois Julianto (27) mengaku melompat ke jalan dari ketinggian sekitar 6 meter untuk menghindari reruntuhan konstruksi LRT.
"Saat segmen roboh, posisi jongkok karena tangannya membentuk segmen, kemudian menghindari material dengan meloncat ke jalan raya," ujar Jupan.
Kecelakaan pada proyek LRT di Kayu Putih terjadi Senin sekitar pukul 00.10 WIB.
Box girder adalah beton pracetak yang bentuknya mirip jembatan.
Baca: Saksi Sebut Proyek e-KTP Bancakan Tiga Partai, Kuning, Merah dan Biru Terlibat
Beton pracetak ini memiliki panjang sekitar 25 meter dan berat sekitar 80 ton.
Box girder dipasang di antara dua tiang vertikal setinggi sekitar 10 meter.
Peletakan box girder di tiang-tiang tersebut, dilakukan menggunakan alat-alat berkemampuan besar.
Pada proyek LRT, penampang atas box girder adalah landasan bagi rel kereta LRT.
Direktur Utama Jakarta Propertindo (JakPro) Satya Heragandhi menjelaskan, box girder itu roboh saat petugas melakukan pemasangan antar-span box P28 ke P29.
Span box tersebut merupakan satu dari dua span box terakhir yang sedang dikerjakan.
Span box tersebut telah diangkat pekan lalu dan persiapan pemasangan telah dilakukan sejak Minggu (21/1/2018) sekitar pukul 06.00 WIB.
"Pemasangannya sudah diperiksa dan betonnya sudah siap untuk dilakukan proses berikutnya," ujar Satya di Jakarta, Senin pagi.
Baca: Bripda AR Penembak Kader Gerindra Pernah jadi Ajudan Irjen Murad Ismail saat Menjabat Dankorbrimob
Pada Minggu malam, sekitar pukul 21.00 WIB, petugas melakukan stressing.
Menurut Satya, stressing merupakan penarikan kabel baja (termasuk kabel tendon) untuk menyatukan box girder menjadi kesatuan span girder.
Pada pukul 00.00 WIB, stressing selesai dilakukan dan konstruksi diyakini telah dipasang dengan baik.
Namun, 10 menit kemudian, petugas mendengar suara retakan.
"Sekitar 10 menit kemudian ada suara 'krek', langsung karyawan yang bertugas memeriksa.
Pada saat diperiksa terjadi robohnya span box girder," ujar Satya.
Sejumlah petugas kemudian memeriksa kondisi span box yang telah terpasang tersebut. Namun tiba-tiba span tersebut roboh.
Akibat kejadian itu, lima orang terluka karena terkena reruntuhan span box.
Satya mengatakan, lima petugas yang terluka itu segera dibawa ke rumah sakit.
Baca: Rebutan Senjata Api Gara-gara Berpapasan di Tempat Parkir, Kader Gerindra Tewas, Briptu AR Dikeroyok
Satya mengatakan, dari penyisiran yang dilakukan, diyakini tak ada korban lain yang tertimbun reruntuhan span box.
Satya juga mengatakan, lima korban dalam pertisiwa robohnya konstruksi LRT merupakan karyawan PT VSL yang bertanggung jawab melakukan stressing.
Proyek LRT Kelapa Gading-Kayu Putih-Velodrome adalah proyek yang dipercepat.
Normalnya, butuh waktu sekitar 4 tahun untuk merampungkan jalur LRT di atas permukaan tanah seperti pada jalur Kelapa Gading-Velodrome.
Namun, untuk menyambut Asian Games, proyek tersebut harus selesai dalam tempo 1,5 tahun.
"Saat proyek dibangun (Januari) 2017, itu pun sudah melalui percepatan, karena biasanya proyek seperti ini harus dilakukan dalam jangka waktu 4 tahun, dicoba dipercepat dalam jangka waktu 1,5 tahun. Ini yang sedang kami lakukan," kata Satya.
Namun Satya mengatakan semua proses pengerjaan dilakukan dengan tetap memperhatikan keamanan.
"Kualitas tetap harus jadi perhatian utama. Makanya kalau tadi ke lokasi, kelihatan bahwa korban bisa diminimalkan karena adanya peralatan safety yang terpasang. Misalnya pakai sepatu yang tepat, pakai rompi, dan lainnya," ucap Satya.
Satya memastikan tidak ada prosedur proyek yang terpotong meski waktu penyelesaiannya dipercepat.
Yang terjadi antara lain adalah memperbanyak alat sehingga proses juga menjadi lebih cepat.
"Semua proyek dikerjakan secara paralel. Jadi misalnya kalau 4 tahun pakai alatnya cuma 1, lihat alatnya ada 4," ujar Satya.
Baca: Ditlantas Polda Metro Jaya Tolak jadi Saksi Meringankan Fredrich Yunadi
Sedangkan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk selaku kontraktor proyek LRT Jakarta masih menginvestigasi penyebab robohnya box girder di Kayu Putih, Jakarta Timur.
Namun, robohnya box girder itu diprediksi tidak akan mengganggu target penyelesaian LRT rute Kelapa Gading-Kayu Putih-Velodrome.
"Penyebab terjadinya insiden ini masih dalam tahap investigasi oleh pihak terkait, namun indikasi awal menunjukkan bahwa insiden ini tidak akan mengganggu jadwal penyelesaian proyek serta kekuatan struktur yang telah terpasang," ujar Sekretaris Perusahaan Wika, Puspita Anggraeni, melalui keterangan tertulis, Senin.
Puspita menjelaskan, manajemen proyek akan segera menangani robohnya box girder bentang P28-P29 itu.
Harapannya, LRT tersebut bisa beroperasi sebelum pelaksanaan Asian Games pada Agustus mendatang. (dennis destryawan/rina ayu)