Kisah Idrus, Pensiunan Damkar DKI yang Melawan Api Selama 30 Tahun
Awal bergabung pun, ia diajari bagaimana memadamkan api yang terbilang ringan namun sulit untuk dilakukan
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Paguyuban Werdatama sering mengadakan perkumpulan bagi pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Perkumpulan itu pun turut dihadiri oleh berbagai pensiunan PNS di sejumlah titik di DKI Jakarta.
Satu diantaranya adalah Idrus (68), seorang pensiunan Dinas Pemadam Kebakaran dengan jabatan terakhir Kepala Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Pusat.
Dibalik sosoknya yang kini telah menua, namun Idrus telah malang melintang mengabdi kepada negara sebagai petugas pemadam kebakaran berpuluh-puluh tahun.
Baca: Saat Masuk Mobil Taksi Daring, San San Disekap 2 Orang yang Muncul dari Kursi Belakang
Tak ayal, pahit manisnya menjadi pemadam si jago merah itu pun telah kenyang Idrus lalui.
"Saya dari tahun 74 telah bergabung menjadi petugas pemadam kebakaran hingga pensiun di tahun 2006," ungkapnya pada TribunJakarta com, Rabu (25/4/2018).
Awal bergabung pun, ia diajari bagaimana memadamkan api yang terbilang ringan namun sulit untuk dilakukan.
"Baru masuk dididik dulu dari hal yang paling kecil. Madamkan kompor dari karung basah. Itu engga mudah, masih baru saya gagal. Pelan-pelan ditutupnya biar udara tidak masuk," tutur pria paruh baya ini yang telah memiliki dua orang cucu ini.
Menjadi seorang pemadam kebakaran harus mampu meredam emosi dan kepanikan warga di lapangan kala si jago merah tengah melahap rumah-rumah.
"Kita jadi pemadam kebakaran harus menenangkan mereka. Jangan terlalu mengikuti seleranya dia kita harus cari tahu sumber masalahnya. Kalau engga, kita baru sampai kadang warga suka ambil sendiri selangnya. Harus diurut dulu," ujarnya.
Bahkan banyak warga yang melayangkan protes kepada petugas pemadam kebakaran kala di lokasi.
"Kalau kita di lokasi banyak yang bilang 'pak kok bukan rumah ini dulu pak dipadamin'. Yang diutamain itu api yang menjalar yang mau merembet ke rumah yang belum terbakar dulu. Apalagi jika perumahan tidak ada gangnya. Cari tahu bagaimana kita memblokir apinya," tutur Idrus menggelora.
Bukan hal itu saja, ia juga harus mengutamakan kemana angin berhembus.
"Prioritas juga kemana anginnya itu ke arah mana. Harus pintar baca arah mata angin," ujarnya.
Belum lagi jika kala memadamkan jilatan api yang menjalar membutuhkan air yang sangat banyak.
"Kalau kebakaran besar, kita panggil mobil cadangan untuk ngisi air. Satu mobil damkar berisi 4000 liter air dan akan habis cuma hanya 4 menit saja," ungkapnya.
Bahkan, Idrus pun acapkali mendapatkan komentar yang pedas dari warga sekitar.
"Kalau diumpat sering sekali kalau kita gagal madamkan api. Yang rumahnya habis biasanya kecut kalau melihat kita. Gara gara kamu rumah saya engga bisa diselamatin," katanya.
Ia pun sering memadakam api di bilangan pemukiman padat penduduk di Jakarta Pusat.
"Memadakan api yang sulit di daerah Tanah Tinggi, Johar Baru dan sekita Senen. Itu warga saling konflik. Bahkan pernah mau madamkan api dilarang sama warga gang lain karena sedang berantem," terangnya.
Baca: Marak Aksi Perampokan di Taksi Daring, Azas Tigor Nainggolan: Bukti Sistem Pengawasan yang Rendah
Selain itu, tak sedikit rekan-rekabnya yang terenggut nyawanya demi menyelamatkan kobaran api di permukiman warga.
"Waktu itu di gang Jamblang, Jembatan Lima, Jakarta Barat. Kebakaran kampung. Api sudah meluas. Yang berangkat anak anak baru diangkat dan dididik. Dua orang tertimpa bangunan kemudian tewas di lokasi," kenangnya.
Menjadi pelayan masyarakat di bidang pemadam kebakaran telah kenyang ia lalui hingga mengakhiri masa baktinya di penghujung tahun 2006.
"Saya memutuskan pensiun setelah sekian lama menjabat Kasudin Jakarta Pusat. Saya meniti karir dari petugas biasa hingga sekarang. Yang terpenting kuncinya mau bekerja mau melayani masyarakat, berani engga berani hadapi. Tahu celahnya," tukasnya.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas
Berita ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul: Kisah Idrus Pensiunan Kasudin Damkar Jakarta Pusat Melawan Api Selama 30 Tahun