Terkait Pemecatan Karena Beda Pilihan Pilkada, Guru di Bekasi Sebut Pihak Sekolah Sudah Minta Maaf
Isi dari chat WA tersebut yang dinilai merupakan ada kata-kata pemberhentian dirinya dari pihak yayasan. Dirinya dan suaminya kaget.
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Robiatul Adawiyah (28) membenarkan, soal yang dirinya dipecat pihak sekolah tempatnya mengajar via Whatsapp yang viral karena berbeda pilihan pada Pilkada 2018 pada Rabu 27 Juni kemarin.
Robiah merupakan guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Darul Maza Bekasi, Kelurahan Jatisari, Kecamatan Jatiasih.
Baca: Sudirman Said: Kalau Pilkada Fair Saya Yakin Hasilnya lebih Baik dan Bisa Unggul
Ia sudah tiga tahun mengajar disekolah tersebut, dirinya mengajar di kelas 1 SD selama 2 tahun dan Kelas 3 selama 1 tahun.
Ia merupakan lulusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar di UPI Purwakarta.
Robiah menceritakan kejadiannya awalnya, pada tanggal 27 Juni 2018 sekitar pukul 14.00, usai hasil quick count bahwa salah satu pasangan calon unggul, kemudian ia meng-update status soal pasangan yang unggul itu.
"Iya, awalnya saya update status soal pasangan calon yang menang quick count. Dari situ, pihak yayasan ada yang menanggapi dan terjadilah apa yang di group WA dan menjadi viral itu," katanya, saat dijumpai di rumahnya di RT 1 RW 3, Kelurahan Jatisari Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Jumat (29/6/2018).
Lanjut Robiah, isi dari chat WA tersebut yang dinilai merupakan ada kata-kata pemberhentian dirinya dari pihak yayasan. Dirinya dan suaminya kaget.
"Saya dan suami kaget. Ini kan Pilkada bebas kita mau pilih apa karena pilihan itu soal hati nurani. Suami saya kesel aja, jadi dia update status di Facebook nya, bisa jadi viral itu, saya engga tahu dan engga nyangka," ucapnya.
Robiah yang sudah tiga tahun mengajar di sekolah tersebut mengatakan, usai update suaminya ramai dan menjadi viral, pihak yayasan mendatangi rumahnya meminta maaf dan permasalah ini sudah selesai.
"Viral tersebut memang benar adanya. Tapi tadi pagi dari pihak yayasan sudah ada yang datang ke rumah saya, mereka sudah mengakui bahwa itu kelalaian dari mereka, mereka sudah minta maaf, mereka mengakui bahwa mereka salah, dan dari pihak kami pun dari keluarga besar saya, dari saya pribadi pun bebesar hati memaafkan hal tersebut. Dan kita sudah islah kita sudah damai, dan saya berharap masalah ini tidak menimbulkan masalah yang baru. Kita sudah berdamai kita sudah baik-baik saja, kita berharap masalah ini tidak menimbulkan masalah baru," ujarnya.
Soal apakah ada himbauan untuk memilih calon tertentu, Robiah menjawab pada saat dirinya melamar kerja disekolah tersebut secara tertulis tidak ada.
"Kalo di sekolah itu, saya pribadi itu tidak ada, dari yayasan secara tertulis baik itu pada saat saya melamar kerja di sana tidak ada yang namanya pernyataan bahwa saya harus memilih sesuai dengan pilihan yayasan atau sesuai dengan tuntunan yayasan itu tidak ada," kata Robiah, lulusan Pendidikan Guru SD UPI Purwakarta.
Akibat kejadiannya ini, Robiah mengaku, enggan melanjutkan mengajar di sekolah tersebut. Meskipun memang tidak ada surat keputusan resmi soal dia dipecat.
"Ya karena memang dari percakapan tersebut saya sudah dikeluarkan, walaupun memang dari pihak yayasan katanya tidak pernah mengeluarkan saya dan meminta saya untuk tetap mengajar di sekolah tersebut tapi saya pikir sebaiknya saya tidak di situ lagi, sebaiknya, mencari yang lain saja," ujarnya.