Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menilai Kepala Keluarga yang Diduga Membunuh Keluarganya Dinilai Alami Stres Berat

Psikolog forensik, Syarkoni, menilai kasus pembunuhan yang menimpa satu keluarga tersebut terjadi akibat gangguan jiwa yang dialami oleh sang kepala k

Editor: Samuel Febrianto

TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Psikolog forensik, Syarkoni, menilai kasus pembunuhan yang menimpa satu keluarga tersebut terjadi akibat gangguan jiwa yang dialami oleh sang kepala keluarga.

"Setelah saya lihat dari surat wasiat yang ditinggalkan di sana tertulis, aku sangat sudah lelah. Maafkan aku, lalu surat berikutnya tertulis aku sangat sayang dengan anak dan istriku. Choky & Snowy (binatang peliharaan korban). Aku tidak sanggup meninggalkan mereka di dunia ini. Dari indikasi surat tersebut dapat dilihat ada tekanan jiwa yang diterima pelaku secara kasat mata mempengaruhi mentalnya," ujar Syarkoni saat dihubungi Sripoku.com.

Dikatakan Syarkoni, untuk saat ini memang belum dapat ditarik kesimpulan apa penyebab sang korban tega menghabisi nyawa keluarganya tersebut.

Baca: Persipura vs Persija Masih Sama Kuat 1-1 Di Babak Pertama

"Kalau dibaca dari surat dan pesan-pesan terakhir korban di grup pertemanannya. Saya curiga ada sederet riwayat pengalaman korban mengalami stres berat yang melatarbelakangi tindakan melakukan pembunuhan tersebut."

"Namun stres seperti apa, ini harus ditelusuri secara cermat pada orang-orang yang mengetahui bagaimana kondisi kehidupan korban (pelaku) anaknya dan istrinya juga. Dari sana dapat diambil sebuah kesimpulan mengapa korban tega melakukannya," ujarnya.

Dalam ilmu psikologi, Syarkoni melihat bahwa kejiwaan pelaku dapat dilihat dari bagaimana korban berinteraksi semasa hidup, dari indikasi awal dapat dilihat bahwa pelaku mengalami depresi berat.

Baca: Indra Sjafri Beberkan Alasan Tarik Saddil Ramdani Saat Nurhidayat Dikartu Merah

"Secara psikologis perlu dilakukan assesment secara mendalam pada keluarga korban yang masih hidup, pada teman teman korban yg mengetahui kehidupan keluarga korban. Apa lagi korban memilih menghabiskan satu keluarganya, dan tidak rela jika keluarganya harus menanggung derita di dunia sendirian, yang pasti ada indikasi pelaku mengalami depresi berat," ujar Syarkoni.(*)

BERITA TERKAIT
Sumber: Sriwijaya Post
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas