Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Kadishub) DKI Jakarta Sigit Wijatmoko menyatakan siap membantu kepolisian dalam pengimplementasian kebijakan E-TLE. Utamanya soal penyediaan infrastruktur pendukung seperti CCTV.

"Kami Dishub Area Traffic Control System (ATCS) terhubung dengan TMC (Traffic Management Center Polda Metro Jaya) jadi seluruh CCTV yang dimilik ATCS dapat digunakan (untuk E-TLE)," kata Sigit dalam diskusi di Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat, Jum'at (26/10/2018).

Bantuan tersebut berupa ratusan CCTV milik Dishub DKI yang tersebar di wilayah Ibu Kota dapat digunakan untuk mendukung sistem E-TLE Polda Metro Jaya.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, lanjut Sigit, telah menyampaikan hal tersebut sebelumnya. Mengenai izin penggunaan, Dirlantas Polda Metro Jaya cukup mengirimkan surat kepada Pemprov DKI.

"Pak Gubernur sudah menyampaikan, silakan bersurat dan pemerintah (Pemprov DKI) akan membantu," jelas Sigit.

Penerapan sistem E-TLE akan diterapkan efektif pada 1 November mendatang usai dilakukan ujicoba selama satu bulan terhitung sejak 1 Oktober kemarin.

E-TLE sendiri merupakan basis sistem penilangan otomatis yang menggunakan kamera pengawas, tanpa perlu melibatkan petugas di lapangan (manual).

Dengan kata lain, E-TLE menindak para pelanggar lewat tangkapan gambar dari kamera pengawas dan kemudian melalui tahapan verifikasi, konfirmasi, dan berakhir pada pengiriman surat tilang ke alamat pelanggar.

Dirlantas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusuf meyakini sistem E-TLE mampu mengatasi sejumlah persoalan berlalu-lintas, terutama menekan jumlah pelanggaran sekaligus menumbuhkan kesadaran berlalu-lintas.

Keyakinannya itu merujuk pada hasil evaluasi ujicoba kemarin, dimana pelanggaran makin hari, semakin menurun. Bahkan hanya sampai pada angka 21 pelanggar dalam satu hari.

"Hasil evaluasi pertama, pelanggarannya ratusan dengan satu hari. Pelanggaran plat hitam, plat kuning. Kemudian semakin kesini sekarang tidak sampai 50, bahkan minggu kemaren 21 pelanggar," ungkap dia.

Dia juga mengatakan, kejahatan ada karena niat dan kesempatan, sementara dengan sistem E-TLE kesempatan itu ditekan untuk dihilangkan.

"Kejahatan ada karena ada niat dan kesempatan. Kesempatan kita buat tidak ada. Kenapa di Singapura masyarakatnya tertib, karena sistem. Mereka ingin melanggar takut dengan kamera," terang dia.