Polisi Ungkap Modus Baru Pembobolan Kartu Kredit, Berikut Penjelasannya
Jika Anda menerima sebuah pesan di email yang meminta Anda mengklik tautan tertentu dan memasukkan data-data sangat pribadi Anda, lebih baik abaikan
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika Anda menerima sebuah pesan di email yang meminta Anda mengklik tautan tertentu dan memasukkan data-data sangat pribadi Anda, lebih baik abaikan saja.
Kanit I Resmob Polda Metro Jaya Kompol Malvino Edward mengatakan, bisa jadi pesan tersebut merupakan spamming, salah satu modus pembobolan kartu kredit.
"Jadi, para pembobol akan membeli data email dari berbagai belahan dunia dan mengirim pesan spam (sampah)," kata Malvino di Mapolda Metro Jaya, Senin (10/12/2018).
Ia mengatakan, biasanya pesan ini berisi tautan tertentu yang memerintahkan pemilik akun mengeklik tautan tertentu.
Baca: Setelah 1 Bulang Menganggur, Afridoni Senang Kembali Berjualan di JPM Tanah Abang
Setelah itu pemilik email diminta untuk memasukkan data tertentu, misalnya data kartu kredit. "Misalkan mengatasnamakan perusahaan tertentu, dia memberi tahu kalau kita dapat hadiah. Lalu kita diminta memasukkan data sangat pribadi seperti angka yang ada di balik kartu kredit," ujar dia.
Menurut dia, jika pemilik email mengikuti tahapan tersebut, sistem mirroring akan bekerja. Alhasil, data-data kartu kredit pemilik email akan terekam oleh pelaku.
Modus ini yang digunakan pembobol kartu kredit berinisial A, H, dan RM asal Medan, Sumatra Utara, yang baru saja ditangkap jajaran Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya.
Ketiga tersangka menggunakan data kartu kredit korbannya untuk membeli tiket Singapore Airlines untuk kemudian dijual kembali oleh seorang agen perjalanan resmi berinisial AH.
"Jadi mereka beli tiket istilahnya dengan kartu kredit orang lain, jadi mereka enggak keluar modal kan. Tapi dapat tiket asli dengan identitas pemesan," papar Malvino.
Malvino mengatakan, biasanya para tersangka hanya menggunakan kartu kredit korbannya sebanyak satu hingga dua kali saja.
Karena, biasanya para pemilik kartu kredit akan curiga ketika mendapat tagihan dari Singapore Airlines padahal tak pernah melakukan transaksi dan akan meminta bank melakukan decline terhadap trasaksi itu.
"Nah di sini yang paling dirugikan adalah maskapai. Kalau pemilik kartu kredit kan sudah decline kartunya. Tapi saat maskapai akan menagih pembayaran ke bank tidak bisa," kata Malvino.
Malvino meminta kasus itu menjadi pelajaran penting bagi masyarakat. "Kalau ada pesan yang aneh dan meminta data-data sensitif lebih baik abaikan saja," kata dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kenali Spamming Email, Modus Baru Bobol Kartu Kredit