PPI Tangerang Selatan Bantah Kematian Paskibraka Aurel Karena Kekerasan Fisik
Menurutnya, Aurel maupun peserta paskibraka lainnya hanya diberi latihan fisik biasa dengan standar pembinaan yang sudah diatur
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Hal itu dikatakan Farid karena dirinya Purna Paskibraka.
Perlakuan berlebihan itu diberikan oleh para seniornya, bukan para pelatih Paskibra.
"Jadi campur tangan senior di luar pelatih ini ini yang merupakan teror beban psikologis yang sangat luar biasa," ujar Farid saat ditemui Kompas.com.
Selama pelatihan, almarhumah kerap disuruh melakukan push up dengan tangan dikepal.
Akibatnya, tangan almarhumah mengalami lebam.
"Kemudian push up kepal yang di aspal di mana cewe suka ada cincinnya. Ini di luar kelaziman, sedangkan pendidikan militer sendiri tidak sampai sejauh itu," lanjut Farid.
Selain itu, putrinya kerap disuruh makan jeruk beserta kulit-kulitnya.
Hal ini yang membuat mental dan keadaan fisik Aurrelia semakin turun.
Berlatih menjadi Paskibraka Tangerang Selatan selama sebulan
Sebelum meninggal dunia, Aurel mengikuti pelatihan selama sebulan untuk menjadi pasukan pengibar bendera di Lapangan Cilenggang, Serpong.
Menurut keterangan Ketua Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Tangsel, Warta Wijaya, sosok Aurel selama sebulan latihan sangat sehat.
Bahkan, Aurel lebih terlihat kuat dibanding temannya yang lain.
"Enggak pernah ngeluh anaknya, selalu ceria selama latihan," kata Warta, dikutip dari Kompas.com.
Warta mengatakan, Aurel sudah menjadi kandidat pembawa baki yang akan menyerahkan atau menerima bendera merah putih dari Wali Kota Tangsel.