Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

KPAI Surati Wali Kota Tangsel Investigasi Kematian Mendadak Aurel, Anggota Paskibraka Tangsel

Hal itu tegas disampaikan Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Retno Listyarti dalam keterangan resminya, Selasa (6/8/2019).

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in KPAI Surati Wali Kota Tangsel Investigasi Kematian Mendadak Aurel, Anggota Paskibraka Tangsel
paskibra (IG @benyamindavnie) via tribun timur
Aurellia Qurrota Ain 

Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti membuat rilis terkait meninggalnya Aurel dan sistem diklat yang digali dari keterangan orang tuanya, pada Selasa (6/8/2019).

Setidaknya ada enam poin dugaan kekerasan fisik dan kekerasan psikis yang dialami Aurel dan Capaska lainnya semasa pelatihan.

Pertama adalah, Aurel pernah mengatakan kepada orang tuanya bahwa dirinya pernah ditampar saat pelatihan.

Kedua, Aurel pernah diminta memakan jeruk beserta kulitnya.

"Hal ini tentu berpotensi membahayakan kesehatan pencernaan seorang anak," terang Retno.

Ketiga adalah soal push up kepal yang dilakukan Aurel dan teman-temannya karena timnya dihukum. Hal itu menbuat luka di pergelangan tangannya.

"AQA mengaku diminta mengisi buku diary setiap hari, ditulis tangan, dijadikan PR yang harus dikumpulkan setiap pagi, harus ditulis berlembar-lembar pula," terangnya di poin keempat.

Berita Rekomendasi

Buku harian yang sudah ditulis itu disobek pihak pelatih lantaran empat orang dari tim Aurel ada yang tidak mengumpulkan.

"Lalu diperintahkan untuk menulis kembali dari awal dengan tulisan tangan, hal ini sempat dikeluhkan AQA karena dia sangat kelelahan menulis kembali diary yang disobek oleh seniornya tersebut," jelas Rrtno di poin ke lima.

Terakhir adalah, Aurel dan kawan-kawannya sesama Capaska diminta untuk berlari keliling lapangan sambil menggendong tas ransel berat yang berisi 3 kilogram pasir, 3 liter air mineral dan 600 mililiter teh manis.

"Kekerasan dalam bentuk apapun dan dengan tujuan apapun tidak dibenarkan. Kekerasan tidak diperkenankan juga meski dengan alasan untuk mendidik dan mendisiplinkan," tegasnya.

Bagi Retno, kekerasan fisik tidak ada hubungannya dengan ketahanan fisik.

"Jadi sulit dipahami akal sehat ketika pasukan pengibar bendera dilatih dengan pendekatan kekerasan dan bahkan dilatih ketahanan fisik dengan berlari membawa beban berat di punggungnya, apalagi anggota Paskibra tersebut semuanya masih usia anak," tegasnya.

Aurel Banggakan Sosok Ini Latih Paskibra Tangsel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas