Seorang Remaja Berusia 16 Tahun Tikam Ayah Tiri hingga Tewas karena Kesal Ditegur
Kesal ditegur oleh ayah tirinya, seorang remaja berusia 16 tahun di bekasi nekat tikam ayah tirinya hingga tewas
Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Sri Juliati
Kesal ditegur oleh ayah tirinya, seorang remaja berusia 16 tahun di bekasi nekat tikam ayah tirinya hingga tewas
TRIBUNNEWS.COM - Seorang remaja berusia 16 tahun harus mendekam di jeruji besi karena telah membunuh ayah tirinya pada Minggu (15/9/2019).
Remaja tersebut diringkus polisili di Bekasi, senin (16/9/2019).
Ia tinggal di daerah Jatimulya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
Dilansir Kompas.com, Kapolsek Tambun Kompol Siswo mengatakan, pelaku dan ayah tirinya tinggal serumah.
"Kejadiannya Minggu sekitar jam 12.00 WIB. Awalnya, korban sedang menyortir barang limbah."
"Dia memberi nasihat kepada pelaku, tapi pelaku tidak menerima dan berujung kepada cekcok mulut," kata Siswo kepada wartawan, Rabu (18/9/2019).
Baca: Perang Afghanistan: Rata-rata 74 orang meninggal setiap hari selama Agustus, sebagian warga sipil
Baca: Gadaikan BPKB Mobil Majikan untuk Buka Usaha, Sopir Pribadi Ditangkap Polisi
Usai cekcok, pelaku mengambil pisau panjang lalu menikam punggung korban.
Korban lantas dibawa ke rumah sakit oleh tetangganya.
Sayang, nyawa korban tak tertolong karena pendarahan.
Siswo mengungkapkan, AR dikenakan Pasal 351 ayat 3 KUHP yang mengakibatkan meninggalnya orang dan terancam hukuman 7 tahun.
Baca: Semua Tersangka dari Unsur Masyarakat, Kapolda Kaltim Ungkap Sulitnya Pembuktian Pembakar Lahan
Baca: Nenek yang Jalan Kaki Gendong Jenazah Cucu Klaim Tak Ditawari Mobil Jenazah, Puskesmas Bongkar Fakta
Analisis Psikolog
Banyak kasus cekcok yang berakhir pembunuhan.
Sebelumnya, seorang pegawai restoran Banainai di Pluit Village berada dalam kondisi kritis karena lehernya disabet oleh rekan kerjanya.
Kerjadian tersebut berawal dari cekcok antara korban dan pelaku.
Korban ingin melaporkan pelaku kepada atasnya karena pernah dipukul oleh pelaku.
Karena merasa tak senang, pelaku sempat pulang untuk mengambil sebilah pisau.
Sekembalinya dari rumah, keduanya kembali terlibat cekcok hingga pelaku menyabet leher korban dengan pisau yang ada di restoran.
Peristiwa tersebut juga tersebar luas di media sosial.
Baca: Polisi Ringkus 3 Pengedar Pil Koplo Jaringan Lapas Porong, Pakai Sistem Ranjau hingga Dibayar Sabu
Baca: Jalur Kereta Api Sepanjang 305 Km Akan Dibangun di Kaltara, Bakal Perkuat Keamanan Perbatasan
Psikolog Universitas Negeri Semarang, Hening Widyastuti menjelaskan, antara dua orang yang terlibat cekcok, seringkali ada konflik yang sedari lama belum terselesaikan.
Karena konflik tersebut belum terselesaikan, maka rasa benci dan dendam semakin lama akan semakin membesar.
Hingga pada akhirnya, ada stimulus untuk kembali menjadi pemiju pertikaian.
Herning mengatakan, persoalan awalnya bisa jadi hanya masalah sepele.
Namun karena konflik berlangsung dalam waktu yang lama, maka pertikaian bisa jadi meledak pada momen-momen tertentu.
"Rasa kebencian dan dendam yang mendera mengakibatkan akal pikiran jernihnya tertutup sehingga dia tidak mampu untuk mengontrol dirinya sendiri berpikir jernih," katanya.
Baca: Profil Wirda Mansur, Pemeran Film The Santri: Anak Yusuf Mansur yang jadi Dirut di Usia 17 Tahun
Baca: Sheryl Sheinafia dan Geng-nya Terjebak Tawuran di Film Bebas
Orang yang berada dalam kemarahan tersebut hanya memiliki satu solusi di pikirannya, yakni membunuh untuk menyelesaikan pertiakaian tersebut.
hening juga menambahkan bahwa kejadian tersebut tidak mengindikasikan adanya kelainan jiwa pada para pelaku.
Pasalnya, orang normal pun bisa melakukan tindakan keji di muka umum dengan catatan sudah ada dendam atau konflik sejak lama.
Biasanya, kata Hening, orang-orang yang rentan mengalamai ledakan emosi karena dandam yang sudah lama dipendam memiliki karakter introvert.
Mereka terbiasa memendam tanpa mengkomunikasikan persoalan yang sedang dihadapi.
Oleh karena itu, saat terjadi selisih kecil, dendam yang ada semakin terpantik dan keluar dalam bentuk kemarahan yang memuncak hingga sanggum bertindak untuk membunuh lawannya.
Hening menyarankan jika memang memiliki konflik dengan orang lain, segeralah untuk diselesaikan lebih awal untuk mencari solusinya, karena konflik yang terpendam sangatlah membahayakan, baik psikologis maupun non psikologis.
"Saran saya memang bila kita memiliki konflik dengan teman, segeralah diselesaikan lebih awal untuk cari solusinya, karena konflik yang terpendam sangat membahayakan, baik psikologis maupun non psikologis," ujarnya ketika dihubungi Kompas.com pada Senin (26/8/2019).
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kasus Cekcok Berakhir Penusukan di Pluit Village, Ini Kata Psikolog"
(Tribunnews.com/ Renald)(Kompas.com/Vitorio Mantalaen/Ellyvon Pranita)