Setiap Tahunnya Muka Tanah di Pademangan Turun 1,5 Cm, di Penjaringan Bisa 12 Cm
Penurunan muka tanah dapat dilihat dari penutup pipa yang terus-terusan menurun sejak dipasangnya pada tahun 1982
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Pemantauan yang dipimpin langsung Menteri ESDM Ignasius Jonan digelar secara tertutup di Balai Konservasi Air Tanah (BKAT) milik Badan Geologi Kementerian ESDM, Jalan Tongkol, Pademangan, Jakarta Utara.
Pantauan di lokasi, Jonan datang dengan dikawal ketat oleh polisi.
Setibanya di lokasi, mobil yang membawa Jonan langsung masuk ke dalam aula BKAT.
Awak media dihalangi untuk masuk.
Gerbang balai itu ditutup dan wartawan tak diperkenankan mengambil gambar dari dekat.
Jonan dan jajarannya pun masuk ke dalam sebuah ruangan di balai itu.
Mereka menggelar rapat singkat selama sekitar 15 menit sebelum akhirnya keluar dan meinjau sumur pantau air tanah.
Berdasarkan protokol, diberitahu bahwa Jonan enggan diwawancarai. Akhirnya, Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi Kementerian ESDM, Andiani ditunjuk meladeni wartawan.
"Seperti biasalah kunjungan ke unit-unit di bawahnya. Untuk memastikan kegiatan yang kita lakukan ini apakah sudah sesuai dengan arahnya," kata Andiani menjelaskan maksud peninjauan hari ini.
Andiani menjelaskan, keberadaan BKAT di DKI Jakarta ini sudah ada sejak 2014 dan aktif sejak 2015.
Menurut dia, BKAT memang didirikan di daerah-daerah yang memiliki masalah terkait air tanah, salah satunya di DKI Jakarta.
Masalah terkait air tanah yang dimaksud, misalnya soal kuantitas, kualitas, pencemaran, dan penurunan debit air tanah.
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM nomor 2 tahun 2017 tentang air tanah, tercatat ada sebanyak 421 cekungan air tanah (CAT) di Indonesia, satu di antaranya di Jakarta.
Andiani menuturkan, CAT di Jakarta menjadi salah satu yang terus menerus dipantau lantaran adanya tekanan terus menerus.
"Jakarta adalah salah satu CAT yang mengalami tekanan terus menerus karena pertambahan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan hampir semuanya menggunakan air tanah," kata Andiani.
• Penumpang TransJakarta Keluhkan Pelayanan di Shelter Terminal Rambutan, Ini Jawaban Kasatpel
• Efek Rumah Kaca, Konduktor Kritis Penjaga Demokrasi
• Robert Rene Alberts Kuatkan Mental Para Pemainnya Jelang Laga Menghadapi Persebaya
• Viral Curhat Seorang Pria Diajak Pria Misterius Berbuat Asusila di Sriwedari Solo, Polisi Bereaksi
Kepala Balai Konservasi Air Tanah Raden Isnu Hajar Sulistyawan mengatakan BKAT adalah salah satu unit teknis Kementerian ESDM yang memiliki sumur pantau air tanah.
Sumur pantau air tanah ini digunakan untuk memantau kondisi, kualitas, dan kuantitas air tanah yang ada di wilayah sekitaran BKAT.
"BKAT ini mempunyai tugas untuk melakukan pemantauan dan penanggulangan kuantitas dan kualitas air tanah dan kemudian juga untuk pengendalian konservasinya," kata Isnu.
Ia menambahkan, setiap tahunnya BKAT melakukan kegiatan survey kuantitas dan kualitas air tanah.
Data-data hasil survey akan dianalisis dan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan peta zonasi konservasi air tanah.
"Peta zonasi konservasi air tanah ini lah yang menjadi dasar bagi Kementerian ESDM untuk mengeluarkan rekomendasi teknis untuk pengusahaan air tanah, yang di sini diminta dalam rangka pemberian perizinan pengusahaan air tanah yang diberikan oleh Gubernur DKI Jakarta," papar Isnu.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul: Penurunan Muka Tanah di Pademangan 1,5 Cm Per Tahun, di Penjaringan Bisa Sampai 12 Cm