Keluh Kesah Sopir Taksi di Tengah Wabah Corona di Jakarta: Pendapatan Turun Hingga 75 Persen
Keluh kesah sopir taksi dan taksi daring di tengah pandemi virus corona yang sedang dihadapi warga Jakarta
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Tapi kan kembali lagi ke kita, terpaksa keluar karena memang buat penghasilan," sambungnya.
Batal Transfer Uang ke Nenek
Kisah Rifaat (31) lain cerita.
Meski belum berkeluarga, pemuda asal Majene, Sulawesi Barat, ini punya kewajiban yang harus ditunaikan setiap bulan.
Meski belum setahun bekerja sebagai sopir taksi, Rifaat sudah dihadapkan dengan pengalaman getir menjadi sopir.
Ia harus menunda mengirim uang untuk kebutuhan hidup neneknya di kampung lantaran wabah tersebut.
"Orangtua sudah enggak ada (wafat). Penghasilan saya buat nenek di kampung," ucap Rifaat.
"Tiap bulan pasti ngirim. Tapi bulan ini enggak bisa karena situasinya begini," beber mantan sopir perusahaan itu.
Sejak subuh sampai tengah hari tadi, Rifaat belum mendapatkan penumpang.
Sampai pinjam uang demi sambung hidup
Sopir Taksi, Yadi Arianto di dalam mobil pada Senin (30/3/2020). (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)
Dampak wabah corona, juga dirasakan oleh Yadi Arianto (50).
Pria yang sudah bekerja selama 12 tahun jadi sopir taksi itu harus bisa mencari siasat agar kebutuhan hidup keluarhanya terpenuhi.
Yadi pun tak ada pilihan selain meminjam kepada saudaranya yang dirasa mampu.